Ditemui di di kawasan GOR Rawamangun, Jakarta Timur, Ami mengatakan ia pertama kali menjadi difabel saat terlibat kecelakaan saat remaja. Kecelakaan tersebut membuatnya harus rela kehilangan satu kaki. Tak ayal, ia sempat depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri.
Namun pertemuannya dengan Romo Carolus, pastor Paroki St. Stephanus di Cilacap, Jawa Tengah, membuat pandangannya tentang hidup berubah. Romo Carolus mengajaknya untuk bergabung ke dalam sebuah yayasan agar Ami bisa mandiri dan tidak kehilangan rasa percaya diri.
Baca juga: Furqon, Penyandang Tunanetra yang Aktif Berdakwah di Jalan Islam
![]() |
"Semua berubah saat Romo Carolus memberikan saran untuk bergabung dengan yayasan. Awalnya engga betah, kemudian 2 bulan kursus jahit dan akhirnya saya bisa menjahit serta berhasil menghasilkan uang dari hasil saya sendiri,"
Berdasarkan informasi dari seorang teman, pada tahun 2013 Ami bergabung dengan NPC (National Paralympic Committee) DKI Jakarta untuk menjadi atlet. Kemudian pada tahun 2015 Ami akhirnya mengikuti Kejurnas NPC yang diadakan di Solo, Jawa Tengah.
"Saya baru dapet prestasi di Kejurnas yaitu mendapat 2 emas dan 1 perak. Namun Kejurnas itu baru seleksi ke PON (Pekan Olahrga Nasional), belum ketingkat lebih tingginya lagi," lanjut Ami.
Ami memiliki harapan untuk mampu lebih berprestasi lagi dalam olahraga balap kursi roda. Targetnya tahun ini yaitu dapat memenangkan setidaknya satu emas dalam PON 2016 yang diadakan di Jawa Barat agar bisa mengikuti seleksi ASEAN Para Games 2018.
"Menjadi atlet membuat saya punya kebanggaan tersendiri dalam hidup saya. Terlebih saya bisa memenangkan kejuaraan," ungkapnya.
Baca juga: Pengabdian Gufron di Dunia Pendidikan Meski Tangannya Tak Sempurna(mrs/up)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar