Kamis, 21 Juli 2016

Kisah Orangtua tentang Bullying Anaknya

JAKARTA - Lingkungan sekolah seharusnya menjadi salah satu tempat yang aman bagi anak-anak. Nyatanya, predikat sekolah terbaik pun tidak menjamin seorang anak bebas dari tindakan tidak terpuji dari orang di sekitarnya seperti aksi bullying.

Inilah yang dirasakan Eva Simanjuntak. Sang anak, Micheal, masih merasakan tindakan bullying di sekolah meski menempuh pendidikan di institusi elite.

"Kejadian bully itu terjadi saat anak saya berusia 10 tahun, ketika duduk di bangku kelas V SD. Anak saya bersekolah di sekolah swasta, dengan latar belakang Katolik dan termasuk sekolah yang bagus. Sayangnya anak saya harus menerima tindakan diolok-olok oleh temannya sendiri," ungkapnya dalam diskusi pendidikan bersama ACDP, "Apa Itu Sekolah Ramah Anak dan Mengapa Itu Sangat Penting?" belum lama ini.

Michael, kata Eva, di-bully teman satu sekolahnya karena pelaku menggangap Michael berbeda. "Anak saya disana itu, tinggi sendiri, keriting sendiri, hitam sendiri. Karena papahnya kebetulan adalah orang Afrika," ujarnya.

Aksi bullying tersebut membuat Michael bertanya pada sang ibu mengapa penampilannya berbeda sehingga dia menerima tindak tidak menyenangkan dari temannya. Eva pun tidak lelah untuk terus memotivasi Michael bahwa setiap orang dilahirkan dengan keunikan beragam.

Parahnya, kata Eva, dari seorang, pelaku bully terhadap Michael bertambah. Mereka pun melancarkan aksi bullying secara berkelompok. Tidak hanya itu, aksi mereka pun makin parah.

"Pelaku bully tersebut menyampaikan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar. Bahkan saya tak habis pikir dari mana anak-anak tersebut bisa menyebutkan kata-kata yang menyakitkan tersebut. Mereka bilang ke anak saya, 'Kamu itu negro, negro itu budak,'" paparnya.

Eva menyebut, puncak aksi bullying tersebut adalah ketika Michael didorong oleh teman-temannya itu sampai mengalami hernia. Selama di-bully, Eva selalu mengingatkan Michael untuk tidak melawan karena tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Saya selalu bilang untuk jangan melawan, karena kalau sampai melawan satu pukulan saja anak itu mungkin bisa berdarah dipukul oleh Michael. Jadi karena si pelaku tidak dilawan sehingga merasa lebih hebat dan berkuasa," katanya.

Akibat kejadian itu, Michael pun harus dilarikan ke rumah sakit. Eva berusaha untuk mengadu pada kepala sekolah dan guru namun tidak ada tanggapan yang pasti.

"Kepala sekolahnya sendiri bilang itu masalah anak-anak jadi biarkan anak-anak yang menanggapi. Orangtua pelaku juga tidak ada itikad baik untuk meminta maaf," imbuhnya.

Eva memilih memindahkan Michael ke sekolah lain untuk menghindari aksi bullying. Bahkan, langkah Eva ini diikuti para orangtua lainnya setelah mengetahui kejadian yang menimpa Michael.

"Kepala sekolahnya juga sekarang sudah berhenti," pungkasnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search