Selasa, 26 Juli 2016

Kisah Wanita Pekebun di Bangkalaan Dayak, Banting Tulang di Atas Tanah Sisa

Mama Rahmat, begitu orang kampung memanggilnya. Pribumi Kalimantan, wanita Dayak ini berjuang banting tulang di atas lahan sisa untuk menyambung hidup.

 ===================================

Zalyan Shodiqin Abdi, Kotabaru

 ===================================

Di pinggir jalan provinsi dekat pintu gerbang desa Bangkalaan Dayak Kabupaten Kotabaru Kalsel, ada sebidang lahan. Penuh tanaman kacang tanah. Di tengahnya sebuah gubuk kecil berdiri.

Di salah satu kayu penyangga gubuk duduk menjuntai ibu paruh baya. Wajahnya keriput legam dimakan matahari. Senin (23/7) sore tadi saya bertemu dengannya. "Mama Rahmat, semua urang tahu ngaran ulun. Mama Rahmat panggilan di kampung," jawabnya ramah saat diajak kenalan.

Ibu paruh baya ini merokok, rokok tanpa filter. Itu juga mungkin yang membuat giginya menguning. Dia bercerita, belum lama tadi suaminya pergi meninggalkan dia dengan dua anak lelaki dewasanya. Mama Rahmat hanya tahu sang suami pergi ke Grogot Kaltim. Ke tempat siapa bersama siapa, dia buta informasi soal itu.

Di atas sepetak tanah yang baru saja ditebang pepohonannya Mama Rahmat menumpang bercocok tanam. "Kayapa pang lagi. Mun kada behuma kayapa kita makan," katanya. Iya, dia harus menyambung hidup.

Sisa bibit kacang tanah, katanya masih ada. Bibit sisa bercocok tanam dahulu dia sebar. Tanah tidak diolah. Hanya dibersihkan. Sisa tunggul kayu terbakar berserak.

Umur kacang tanahnya sudah ada sebulan. Berarti dia harus menunggu dua bulanan lagi. Kata Mama Rahmat, kalau tidak rusak dia bisa panen sebanyak tiga pikul atau tiga ratus kilogram. "Mun bagus ada ai meniga pikul ini," ujarnya.

Kadang katanya, anaknya ada datang menengoknya di huma. Sebenarnya dia rumah Ibu ini tidak jauh dari ladang. Pagi dia ke huma, nanti jelang malam pulang ke rumah. Anaknya tidak bisa diharap banyak menjaga ladang. Karena dua anak lelakinya itu punya kesibukan sendiri meski semuanya belum ada kerjaan tetap.

Di pasar sekarang ini harga kacang tanah kupas kulit sekitar Rp20 ribu. Namun kata Mama Rahmat dia menjual yang belum kupas di kisaran harga Rp10 sampai Rp13 ribu per kilogram. Jadi kalau nanti dia bisa panen 300 kilogram maka dia akan meraup uang Rp3 juta.

Namun uang sebegitu kata dia tidak bisa menutupi biaya hidupnya. Dan uang segitu untuk biaya selama tiga bulan. Mama Rahmat hanya berharap ke depan bisa punya ladang luas dan modal. Sehingga bisa menggarap ladang lebih maksimal lagi.

Humap warga di sana membenarkan Mama Rahmad adalah satu dari beberapa janda di sana yang harus kerja banting tulang. Janda lain? Ada juga yang bekerja di pendulangan emas mengerik tanah mengadu nasib. Bangkalaan Dayak tanah yang subur, emas dan batubara ada namun masih banyak penduduknya hidup dengan ekonomi yang pas-pasan. (yn/ram)

Let's block ads! (Why?)



1 komentar:

  1. Di mantapkan lg ceritanya,lebih ditelaah lg,suami ane asli bangkalaan dayak.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search