Bahkan, dirinya merupakan satu dari segelintir pria yang pernah berpredikat sebagai bintang asing di sepak bola Indonesia. Karier pertamanya di Tanah Air saat membela Petrokimia Putra pada 1994 hingga 1995.
Pada tahun-tahun berikutnya, namanya semakin besar bersama PSM Makassar dan Persebaya Surabaya hingga 1998. Saat krisis ekonomi melanda Indonesia, ia sempat berkarier bersama klub China, Guangzhou Matsunichi dan merapat ke klub Singapura, Geylang United hingga 1999.
Jacksen kembali ke Persebaya Surabaya pada 1999. Karena merasa usianya tak lagi muda, ia memilih pensiun sebagai pesepak bola pada 2001 di Petro Kimia, klub pertama sekaligus terakhir di Indonesia.
Setelah itu, pria kelahiran Jacarezinho, Rio de Janeiro itu memutuskan untuk melanjutkan kariernya di lapangan sebagai pelatih. Tentu bukan dengan cara instan, Jacksen meretas kariernya menjadi sang juru taktik.
Adalah Assyabab Surabaya, klub anggota Persebaya, yang menerimanya sebagai pelatih. Ia juga sudah melanglang Indonesia dengan melatih Persebaya, Persita Tangerang, Persiter Ternate, hingga Persipura Jayapura.
Klub terakhir inilah yang membuat namanya kian dikenal lantaran prestasinya yang luar biasa. Total sudah tiga trofi Indonesia Super League (ISL) yang dipersembahkan Jacksen untuk Mutiara Hitam.
Berkat prestasinya itu, Jacksen dititipkan amanat menjadi pelatih sementara timnas Indonesia ketika masa-masa kisruh PSSI pada 2013 lalu.
Jacksen rupanya bukan hanya terkenal di Indonesia. Namanya selalu dielu-elukan tetangga tempat ia dilahirkan di sebuah favela atau pemukiman kumuh Rio de Janeiro, Jacarezinho.Saat dirinya sempat main ke kampung halamannya itu, sejumlah teman bermain dan tetangganya menyambut Jacksen bak pahlawan. Bahkan, ada pula yang tidak percaya jika ia pernah melatih tim nasional seperti Indonesia.
Jacksen memang pernah menyambangi kampung halamannya bertepatan dengan Piala Dunia 2014, pada Juli 2014 silam. Di sana, ia melepas rindu dengan bermain bola bersama teman-teman sesama veteran pesepak bola lokal Brasil.
Menyusuri gang yang sempit di Jacarezinho, nyaris tak satu pun tetangganya yang luput ia sambangi untuk menyapa atau bercengkerama saat itu.
Jacksen pun kembali menceritakan sedikit kisahnya sebagai warga favela yang berhasil keluar dari kemiskinan di Brasil, kepada CNNIndonesia.com saat acara final nasional Danone 2016 di Hotel Ritz Carlton, pekan lalu.
Pemain yang karib disapa Big Man ini pun menyebut, sulit bagi para warga favela untuk bisa keluar dan sukses di perantauan. "Mereka (para warga favela) kaget melihat saya bisa keluar dari sana, lingkungan yang cukup keras," ucapnya kepada CNNIndonesia.com.
"Anda tahu seperti apa lingkungan di sana. Itu lingkungan saya sehari-hari (dulu). Mereka sangat bahagia karena orang Brasil selalu bahagia," tuturnya.
Namun, menurutnya, ada keterbatasan dari aspek ekonomi, sosial dan kultural di lingkungan tersebut. "Mereka kaget karena memang dunia mereka seperti itu saja, dan merupakan bagian dari mereka, meskipun Tuhan memberikan sesuatu yang luar biasa bagi saya," tutur Jacksen.
"Saya tetap bagian dari mereka sehingga mereka tak bisa percaya bahwa saya bisa melangkah begitu jauh."
Namun, latar belakangnya sebagai pria yang pernah besar di favela itu tak lantas membuatnya besar kepala. "Anda lihat begitu saya bersama mereka, tidak ada perbedaan. Sama dengan kalian," ucap Jacksen.
"Saya menganggap bahwa saya tidak lebih tinggi dari mereka. Saya tahu mereka menghormati dan kagum juga, tapi saya anggap itu hal biasa," imbuhnya.
"Jacksen yang lain banyak di sana (Brasil), tapi saya beruntung. Tuhan memilih saya untuk berada di sini (Indonesia)."
Menurutnya, orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dari dirinya di Brasil, jauh sangat banyak. "Tapi ini adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Saya menganggap apa yang saya capai bukan hal luar biasa dan harus membuat saya sombong, merasa hebat, lebih dari yang lain," ucapnya.
"Saya tetaplah seperti ini, kehidupan sehari-hari saya sederhana. Bangun pagi, sarapan dengan ibu, pergi ke pasar, menjadi orang biasa seperti semua orang."
Terakhir kali Jacksen pernah membawa Penang FA dari Liga Primer Malaysia naik ke Liga Super Malaysia pada 2014/15 lalu. Namun karena ada persoalan internal, ia terpaksa terdepak dari klub itu.
Jacksen pun mengaku kini sedang bersiap menerima penawaran dari klub asal Liga Arab Saudi untuk memulai petualangan baru.
(bac)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar