Laporan wartawan Tribun Manado Fionalois Watania
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG- Pepatah 'Diujung Cemeti Ada Emas' mungkin cocok disematkan pada pendidikan di era tahun 90-an.
Bagaimana tidak? Pendidikan belasan tahun yang lalu ini bisa dibilang cukup ketat, bahkan kebanyakan guru menerapkan metode punishment atau hukuman jika para siswa tidak disiplin dalam belajar. Hal ini membuat para siswa mau-tidakmau harus belajar dengan giat.
Hal ini dikemukakan langsung oleh Nontje Kalangi, satu diantara PNS Senior yang ada di lingkungan Pemkab Minahasa Selatan (Minsel). "Dulu karakter kedisiplinan ditanamkan sejak dini. Kami tidak boleh terlambat sekolah. Tak hanya kedisiplinan, budi pekerti juga terus diingatkan sehingga kami tau apa itu sopan santun dan sangat menghormati guru," katanya kepada Tribun Manado, Rabu (10/8).
Masih jelas diingatannya ketika tak mampu menjawab soal dan terpaksa harus menerima hukuman. "Jika tak menjawab satu soal maka tangan kami akan dipukul sebanyak 10 kali. Orangtua tidak mengeluh dan mempercayakan sepenuhnya ke pihak sekolah. Hal ini membuat kami harus belajar dengan giat dan tidak malas-malasan. Lamanya pelajaran selama enam jam sudah termasuk istirahat," jelasnya.
Namun dia mengaku ajaran yang diberikan oleh para guru sangat berguna hingga saat ini. Menurutnya karakater yang terbentuk sangatlah kuat sehingga menjadi modal baginya ketika mendapat pekerjaan. "Dengan ajaran seperti itu siswa justru termotivasi untuk belajar. Kebanyakan angkatan kami juga menjadi 'orang' dan bisa meraih kesuksesan masing-masing," ujar wanita yang berprofesi sebagai Kabag Administrasi Sekretariat DPRD Minsel ini.
Sayangnya dia merasa miris dengan output yang dihasilkan pendidikan saat ini. Terutama dalam hal moral. "Anak-anak jaman sekarang sudah tidak menghormati guru kedisiplinan menurun. Karakter anak tidak terbentuk dengan baik. Harusnya pendidikan budi pekerti diprioritaskan. Tidak ada gunanya jika pintar namun moralnya bobrok," tambahnya.
Meski demikian wanita berumur 54 tahun ini sangat setuju dengan kebijakan Kementrian Pendidikan saat ini. "Mengenai kebijakan terbaru saya setuju. Karena kebanyakan orangtua keduanya sibuk bekerja sehingga terkadang ketika anak dirumah mereka belum pulang dan tidak bisa memaksimalkan pendidikan dirumah. Tapi jika jam pelajaran ditambah, maka ketika anak pulang, orangtua sudah dirumah," terangnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar