REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tak seperti biasanya, suasana Masjid Nurul Ikhlas Andalas tampak sangat ramai. Banyak jamaah memadati masjid untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah pada Selasa, 2 Agustus lalu.
Ada yang menarik perhatian masyarakat untuk berbondong-bondong melaksanakan shalat Subuh di masjid itu. Adalah Syaikh Khalid Al Hamudi, salah seorang ulama asal Arab Saudi yang tengah berkunjung ke Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
"Ada salah satu agenda beliau ke Padang, yakni shalat Subuh di salah satu masjid," kata Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah kepada Republika.co.id, Selasa (9/8).Saat itu, Mahyeldi bertindak sebagai imam shalat Subuh sementara Syaikh Khalid Al Hamudi bersama masyarakat Kota Padang, menjadi makmum.
Tampil di depan ulama Arab Saudi, Mahyeldi mengaku tidak mempersiapkan satu hal khusus. Pun saat menjadi imam, ia hanya membaca surat Al Alaq dan Al Falaq untuk menyempurnakan shalat Subuh.
Usai shalat, Syaikh Khalid Al Hamudi memberikan ceramah di depan masyarakat. Ceramah yang ia sampaikan dalam Bahasa Arab, langsung diterjemahkan oleh penerjemah. Dalam ceramahnya, Syaikh Khalid memberikan semangat dan motivasi pada masyarakat untuk selalu berbesar hati.
Selain itu, ia mengundang Mahyeldi untuk menjadi imam di salah satu masjid di Makkah, Masjidil Haram. Mahyeldi mengaku terkejut atas undangan itu. Ia tidak berpikir panjang untuk menyetujui undangan itu. Namun, saat ini pihaknya masih menunggu undangan secara resmi dari Syaikh Khalid Al Hamudi.
"Kita menunggu undangan secara resmi dari beliau. Insya Allah hari ini mau ngomong via telepon," ujar dia. Bagi Mahyeldi, mempunyai kesempatan untuk berhaji merupakan sesuatu yang luar biasa. Apalagi, jika mendapat undangan menjadi imam di Masjidil Haram."Kalau Allah mengizinkan ini suatu hal yang luar biasa bagi kita. Berangkat haji saja sudah sesuatu yang luar biasa. Apalagi kalau Allah mengizinkan menjadi imam di sana," tuturnya.
Syaikh Khalid Al Hamudi datang ke Kota Padang memenuhi undangan Mahyeldi. Ulama itu datang pada 31 Juli lalu bersama rombongan dari Jakarta. "Saya mengundang beliau ketika saya memberikan sambutan pertemuan ulama dan dai se-Asia Tenggara di Bogor. Alhamdulillah beliau hadir tanggal 31 kemarin," jelasnya.
Selama di Kota Padang, Syaikh Khalid Al Hamudi menghabiskan waktunya bersama masyarakat. Dia juga menolak diajak menikmati objek wisata di Ibu Kota Sumatra Barat itu."Beliau bilang, saya ke sini untuk bekerja, bukan untuk berjalan-jalan," kata Mahyeldi menirukan penolakan Syaikh Khalid Al Hamudi.
Mahyeldi menceritakan, sudah sejak kecil belajar agama. Mahyeldi kecil yang tinggal di salah satu daerah di Bukittinggi, selalu memanfaatkan surau, mushala dan masjid untuk belajar mengaji. Ia tidak menyia-nyiakan ketika ada panggung untuk mempraktikkan ilmu agama yang selama ini dipelajari.
"Dulu saat Ramadhan dan hari Jumat, pengurus masjid memang memberikan tempat pada kita, menyediakan panggung untuk kita. Sehingga saya sering tampil. Itulah pembinaan ulama-ulama kita di kampung," tutur dia.
Hingga dewasa, Mahyeldi tidak pernah duduk di bangku pesantren. Selain di mushola, ia hanya belajar Alquran di taman pendidikan Alquran (TPA). Saat remaja, Mahyeldi aktif menjadi aktifis dakwah dan mubaligh. Sudah lebih dari lima tahun ia menjabat sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kota Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar