ALIJULLAH Hasan Jusuf, anak Blang Paseh, Sigli yang menjadi penumpang gelap Garuda sampai ke Schipool Belanda, pada 1967, ternyata tak jera. Ia mengulangi aksi "pungo-nya" (gilanya) untuk yang kedua kali.
Menyusup sebagai penumpang gelap dalam tubuh pesawat Qantas, milik Australia, terbang dari Bandara Kemayoran Jakarta dan mendarat dengan selamat di Paris, Perancis.
Peristiwa ini terjadi persis sehari setelah perayaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1968. Kisah petualangan beraninya ini lalu dituangkan dalam buku "PARIS JE REVIENDRAI" (Ke Paris Aku Kan Kembali), setebal 378 halaman. Buku ini memuat pengalaman dirinya melakukan petualangan dan hidup selama lebih 40 tahun di Perancis dan bekerja sebagai staf lokal di Kedubes Indonesia di Paris.
Buku tersebut diterbitkan Gramedia, diluncurkan Sabtu (8/10) di Toko Gramedia, Mal Grand Indonesia, Jakarta. Buku itu dikupas oleh wartawan senior Kompas, Budhiarto Shambhazy. Buku ini juga kisah lanjutan dari buku pertama "Penumpang Gelap Menembus Eropa Tanpa Uang," juga diterbitkan Gramedia. Konon buku pertama tersebut mendapat sambutan positif dari pembaca. Alijullah mengatakan, naskah buku ke dua ini sudah ditulisnya pada tahun 1978, di sela-sela kesibukannya sebagai staf Kedutaan Besar RI di Paris.
Kisahnya diawali keinginannya untuk kembali ke Eropa guna menempuh pendidikan. Setelah keluar dari tahanan karena menerobos keamanan bandara pada petulangannua yang pertama, Allijullah kemudian melanjutkan pendidikan di Jakarta. Namun akibat situasi ekonomi yang morat-marit kala itu, membuat dunia pendidikan tidak berjalan normal.
Godaan kembali ke Eropa untuk kuliah, menghentak kalbunya. Imajinasinya terus berkelana ke benua biru guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
"Itulah alasan kenapa saya kembali nekad menjadi penumpang gelap. Untuk beli tiket pesawat tak mampu," kenang Alijullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar