Kamis, 03 November 2016

Kisah Opa Bernard Petugas Kebersihan di Kota Manado Hanya Digaji 300 Ribu

PEKERJA KERAS: Bernard Rori, salah satu petugas kebersihan turun ke selokan-selokan untuk membersihkan sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Foto: Prihandini Arinal/MP

Musim penghujan tiba. Sampah-sampah memenuhi selokan. Air tersumbat dan sebabkan banjir. Bernard Rori, salah satu petugas kebersihan bertugas membersihkannya.

Laporan, Prihandini Arinal

BAPAK berusia 74 tahun itu tidak menghiraukan cuaca terik. Hari itu Bernard mengenakan baju lengan pendek berwarna cokelat dan celana bahan hitam. Lengkap dengan sandal anti-air hitamnya yang tampak  sudah terlalu sering dipakai. Saat ditemui di jalan Piere Tendean Rabu (2/11) kemarin, ia sedang memunguti sampah-sampah plastik dari dalam selokan menggunakan tangan. Sarung tangan putih lusuh miliknya pun menjadi senjata agar tak secara langsung menyentuh lumpur, sampah, dan berbagai hewan melata yang muncul dari sela-sela tumpukan.

Semangatnya terlihat jelas. Meskipun dipenuhi keringat, ia tetap tersenyum ketika awak koran ini menanyakan tentang tumpukan sampah plastik yang sangat mencuri perhatian siapapun yang melintas di jalanan tersebut. "Ini nanti mau diangkat pakai truk. Lalu dibawa ke tempat pembuangan," ujarnya. Ia lalu menunjukkan saluran got di sampingnya yang masih terlihat berantakan. "Coba lihat itu masih banyak. Sampahnya sangat menumpuk," tukasnya. Bernard bercerita, pekerjaannya hari itu sudah dimulai sejak pukul delapan pagi. Ketika jam menyentuh pukul dua belas, ia akan beristirahat untuk makan siang. Lalu, dilanjutkan dari pukul satu siang hingga pukul lima sore.

Terdengar familiar untuk para pegawai negeri. Bedanya, pekerjaan Bernard adalah membersihkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ada. Perbedaan lainnya yang mungkin tak terlalu mencolok, adalah upah yang diterima Pak Bernard. Saat ditanyakan, ia mengaku digaji sebesar Rp300 ribu oleh kepala lingkungan setempat. Syukur-syukur kalau ketambahan seratus ribu. "Sebenarnya masih terasa kurang, tapi yang penting ada uang untuk bertahan hidup. Saya harus bekerjakan. Sudah tua, anak-anak saya sudah menikah semua. Kalau bukan saya yang bekerja, lalu siapa?" tuturnya, tersenyum lebar. Saat awak koran meminta izin untuk mengabadikan gambarnya, Pak Bernard beranjak mengambil topi koboi cokelat serta sekop kayunya. "Boleh?" tanyanya meminta izin. Pak Bernard memang harus bekerja cukup berat hari itu. Namun, usianya yang sudah senja dan fisik yang tak lagi mendukung, tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap optimis menjalani kehidupan. (***)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search