by : Maria Delviera
Posted : November 2, 2016
Saat itu, Iqbal Masih berusia 4 tahun. Orangtuanya terpakas menjual Iqbal sebagai budak di pabrik karpet. Untuk menebus utang keluarganya, Iqbal harus bekerja selama 5 tahun tanpa dibayar. Lahir di Pakistan tahun 1983, hidupnya penuh dengan derita. Ia dipaksa bekerja selama 12 jam/hari. Ia sering mendapatkan penyiksaan fisik dan verbal. Bahkan, supaya nggak melarikan diri, Iqbal harus tidur dengan kondisi dipasung. Akibat penyiksaan dan kekurangan gizi sejak kecil, Iqbal mengalami kelainan dalam pertumbuhannya. Tubuhnya terlihat seperti anak berusia 6 tahun. Padahal, usia Iqbal saat itu sudah mencapai 12 tahun.
Ketika bebas, Iqbal Masih mulai mengikuti Bonded Labour Liberation Front School (BLLF). Iqbal pun membuat pertemuan rahasia dengan teman-temannya di pabrik karpet. Ia memberi semangat dan keberanian kepada mereka untuk meninggalkan majikan. Iqbal sangat aktif terlibat dalam kampanye hak asasi anak dan vokal mengkritik mengenai perbudakan anak. Bahkan, ia berhasil membebaskan 3000 anak yang bernasib serupa dengannya.
Iqbal dikenal sebagai sosok anak yang percaya diri dan cerdas. Cita-citanya menjadi seorang pengacara untuk membela hak asasi anak yang diperbudak. Pada Desember 1994, ia mendapatkan penghargaan Youth in Action Award di Amerika Serikat. Dalam event itu, ia berbicara di hadapan 2000 orang yang hadir dan tampil di televisi. Dirinya juga mengunjungi toko karpet yang berasal dari pabrik tempatnya diperbudak.
Sayangnya, tiga bulan kemudian, Iqbal ditemukan tewas tertembak di jalanan Pakistan. Tubuh cowok berusia 12 tahun itu tergeletak nggak bernyawa di pinggir jalan. Kabarnya, Iqbal sengaja dibunuh oleh pengusaha pabrik karpet yang tidak menyukai aksinya. Sudah jadi rahasia umum pengusaha punya hubungan khusus dengan pemerintah dan kepolisian. Walaupun begitu, Iqbal Masih selamanya dikenang sebagai pahlawan cilik yang berjuang demi kebebasan perbudakan anak. Editor: Ayu - Foto: www.worldschildrensprize.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar