Senin, 12 Desember 2016

Mengaduk-aduk Kisah Pilu Lamajang Tigang Juru

Reportase Imam Nugroho
Pegiat literasi/karyawan swasta di Surabaya
facebook.com/imam nugroho

PADA tahun 1182 M nama Lamajang sebenarnya sudah dikenal sebagai daerah yang subur dan makmur berbenteng Gunung Lemongan dan Gunung Semeru. Sebutan panjang-punjung pasir wukir gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja pun lantas disematkan.

Lamajang juga merupakan tempat ritual agama Hindu, di mana Prasasti Ranu Kumbolo menyebutkan, Ling Deva Mpu Kameswara Tirthayatra atau Raja Kameswara telah melakukan perjalanan suci (Sidhayatra) ke Gunung Semeru.

61 Tahun sebelum Mpu Nambi gugur dalam menghadapi serangan pasukan Raja Jayanegara pada tahun 1238 Saka/1316 M (Negarakretagama Pupuh XLVIII/2), Raja Nararyya Sminingrat/Wisnu Wardhana sebagai raja keempat Singhasari menobatkan Nararyya Kirana, putranya sebagai penguasa di Lamajang pada 1177 Saka/1255 M.

Kejadian ini diabadikan dalam Prasasti Mula Malurung lempeng tembaga ketujuh (dari 12 lempeng) halaman a baris 1-3 yang berbunyi: ..sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng Nagara Lamajang.

Yang berarti, beliau Nararyya Kirana ditetapkan sebagai juru di Lamajang, diangkat menjadi pelindung di Negara Lamajang.

Masa pun berlanjut, pascaruntuhnya Kerajaan Daha pada 1292 M setahun kemudian di tahun 1215 Saka/1293 M Kerajaan Majapahit berdiri dengan raja pertamanya Raden Wijaya (Kidung Harsa Wijaya). Mengingat jasa besar Arya Wiraraja dalam membantu Raden Wijaya, maka sesuai kesepakatan daerah Timur bekas Singhasari diserahkan kepada Arya Wiraraja yang berpusat di Kutorenon. Sementara, tanah Singhasari Barat digunakan Raden Wijaya dengan Trowulan sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit.

Namun, kejayaan Lamajang Tigang Juru hanya sekitar 22 tahun setelah Arya Wiraraja dinobatkan sebagai raja pada tanggal 26 Agustus 1294 M. Mendung kelam di tanah perdikan yang dihembuskan oleh Mahapati Raden Halayudha membuat Lamajang runtuh di tahun 1316 M.

Kisah singkat tersebut begitu dramatis untuk ditulis, penulis kagum atas kejayaan daerah kelahiran ini. Tapi juga sedih, karena Kerajaan Lamajang seolah-olah dipendam dalam-dalam karena cap pengkhianat/pemberontak yang menempel pada Mpu Nambi sehingga tak pantas untuk diingat.

Dan, situs Biting di Sukodono Lumajang adalah bukti peninggalan Arya Wiraraja yang lapuk dimakan usia, namun penjelasan Pak Gio dan Pak Sahal, penjaga cagar budaya tersebut tak akan pernah lapuk dalam menyemangati generasi penerus agar selalu mengenang hadirnya Lamajang Tigang Juru.

Selamat hari jadi ke 761 Lumajang.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search