Senin, 12 Desember 2016

Kisah di balik penurunan baliho mahasiswi berjilbab

Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta, menyatakan telah menurunkan semua baliho iklan kampus yang menggambarkan beberapa mahasiswi, termasuk seorang mahasiswi berjilbab.

Penurunan baliho itu, menurut Rektor UKDW, Henry Feriyadi, terkait dengan kedatangan sejumlah orang dari Forum Umat Islam (FUI) Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu (07/12), yang meminta agar baliho diturunkan.

Kalau tidak diturunkan, sebagaimana dikatakan Henry yang menirukan ucapan orang-orang dari FUI, akan ada massa dengan jumlah lebih banyak untuk menurunkan baliho UKDW.

"Menurut mereka itu (jilbab) simbol Islam," kata Henry.

Akhirnya, pihak UKDW menurunkan semua baliho iklan promosi kampusnya atas desakan FUI DIY sebelum Kamis sore (09/12). "Kami telah menurunkan semua," kata Henry.

Padahal, menurut Henry, perempuan berjilbab dalam iklan UKDW sejatinya adalah seorang mahasiswi universitas tersebut.

"Dia adalah mahasiswi UKDW yang berprestasi. Di UKDW, 7% dari 3.800 mahasiswanya adalah Muslim dan kami tidak pernah melakukan diskriminasi," ujarnya.

Secara terpisah, pimpinan FUI, Fuad Andreago, membenarkan bahwa FUI mendatangi pihak UKDW dan menyatakan keberatannya atas baliho UKDW yang menggunakan perempuan berjilbab sebagai model.

Menurutya, penggunaan Muslim berjilbab untuk iklan UKDW tidak tepat. "Itu menyakitkan bagi kami," katanya.

Fuad mengklaim tidak memaksa pihak UKDW untuk mencopot baliho, namun pihak UKDW sendiri yang mencopotnya. "Mereka mencopot sendiri, jangan bilang kami yang mencopot. Mereka menyampaikan semua baliho akan dicopot sendiri," tambahnya.

Fuad juga membantah mengancam UKDW untuk menurunkan baliho. Menurutnya, justru dia khawatir jika tidak diturunkan maka akan ada lebih banyak umat Muslim yang akan menurunkan sendiri baliho tersebut.

"Kita sampaikan jangan sampai kalau tidak ditanggapi dengan baik, nanti akan dicopot sendiri oleh kaum Muslimin," katanya.

Mahasiswi berjilbab

Sejumlah pihak menyayangkan adanya kejadian ini. Lestanto Budiman dari Forum Persaudaraan Rakyat Cinta Indonesia (FPRCI), menyatakan khawatir kejadian serupa akan merembet ke kampus-kampus lain.

"Kita perlu saling menghargai, Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika, apalagi sampai ada kelompok yang mengancam untuk menurunkan baliho, ini tidak boleh terjadi," katanya.

Keberadaan mahasiswi berjilbab di universitas Kristen dan Katolik di Daerah Istimewa Yogyakarta bukan hal baru.

Selain di UKDW, mahasiswi berjilbab dapat ditemui di Universitas Sanata Dharma (USD), sebuah universitas yang didirikan kaum Jesuit dari agama Katolik.

Ketika wartawan Yogyakarta, Yaya Ulya, bertandang ke sana, dia menjumpai Ardhia Dewi Nur Rahma, seorang mahasiswi berjilbab jurusan Sastra Inggris.

Walau mengenyam pendidikan di sebuah universitas Katolik, Ardhia mengaku dia tidak pernah menerima tindakan diskriminasi dari teman-temannya ataupun dosen yang mengajarnya.

"Tidak pernah membedakan antara Islam dan Katolik, semua sama," katanya.

Ardhia mendapati bahwa anggapan orang di luar tentang perlakuan diskriminasi terhadap umat Muslim di universitas Katolik, salah besar.

"Saya selalu diingatkan oleh teman-teman non-Muslim untuk melaksanakan ibadah salat ketika adzan berkumandang. Bahkan ketika penerimaan mahasiswa baru, panitia selalu menyediakan waktu khusus untuk menjalankan ibadah salat. "Mereka toleransinya sangat tinggi terhadap umat Islam," tutur Ardhia.

Ardhia punya kisah lain yang tidak bisa dilupakan. Saat itu, sedang berlangsung ujian dan bertepatan dengan hari Jumat. Di kelas Ardhia, ada mahasiswa Muslim lain meminta izin kepada dosen untuk melaksanakan salat Jumat.

"Dosen saya pun mengizinkannya, dan menunggu ujian dilaksanakan lagi sampai teman saya selesai Jumatan," tuturnya.

Ardhia melihat begitu besar toleransi di kampusnya, sehingga baginya tidak perlu diperdebatkan ketika baliho kampusnya menampilkan sosok perempuan berjilbab.

"Saya tidak tahu apa maksudnya (ormas). Padahal kan agama kita (Islam) mengajarkan toleransi, tapi kenapa dia (ormas) malah seperti itu?" tanya Ardhia.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search