Sabtu, 10 Desember 2016

Menilik Kisah Penjaja Jasa Menyemir di Pengadilan Negeri

Laporan Wartawan Tribun Medan / Azis Husein Hasibuan

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Bekerja sebagai penjaja jasa semir sepatu sudah ia lakoni sejak empat tahun ini. Effendi Yusuf warga Jalan Bilal Ujung, memilih pekerjaan ini telah sempat kesulitan mencari sumber nafkah lain.

Pria paruh baya ini mengaku sempat bekerja sebagai buruh bangunan. Pekerjaan yang ia nilai cocok karena hanya mengandalkan tenaga.

Namun, di usianya yang semakin senja, tenaganya tidak sekuat buruh bangunan pada umumnya. Itu kenapa akhirnya ia memutuskan banting setir sebagai penyemir sepatu karena merupakan tulang punggung keluarganya.

Berbincang dengan www.tribun-medan.com belum lama ini, ia menceritakan kisah hidupnya. Ternyata banyak duka dan kesedihan yang ia alami.

Baca: Pernah Diperkosa 43 Ribu Kali, Wanita Ini Jadi Aktivis Antiperdagangan Manusia

Untuk menghidupi kebutuhan keluarganya, Effendi harus menempuh perjalanan dari rumahnya ke Pengadilan Negeri (PN) Medan dengan berjalan kaki.

"Pagi selesai salat subuh saya jalan kaki ke pengadilan. Pulang nanti, baru saya naik angkot. Mana tahu sewaktu di jalan orang yang masih di warung kopi mau saya tawarkan semir sepatu. Ya, Alhamdulillah dapat satu dua orang juga," kata pria yang hampir seluruh rambutnya telah memutih ini.

Ia menceritakan, di masa sekarang ini betapa sulitnya mencari pekerjaan terutama baginya yang sudah termakan usia. Namun, jalan terjal kerap ia lewati sebelum akhirnya takdir memutuskan sebagai penjaja jasa semir sepatu.

"Setahun lebih mencari kerja gak dapat-dapat. Sudah pernah coba bantu-bantu ke rumah makan dan lain-lain tapi katanya gak terima karyawan lagi. Jadi inilah sekarang yang saya kerjakan yang penting halal. Dapat Rp 50 ribu lebih sehari sudah saya syukuri," kata Effendi sembari meletakkan sepatu yang selesai disemir.

Dia yang terus berharap dapat pekerjaan yang layak sempat merasa kecil hati dan hampir menyerah. Pekerjaan tak kunjung didapat, sementara kebutuhan semakin mendesak karena harus membiayai hidup istri dan tiga dari lima anaknya yang belum berkeluarga.

Akhirnya, ia memilih pekerjaan ini setelah melihat beberapa remaja yang juga memilih sebagai penyemir sepatu.

"Sempat putus asa satu tahun gak punya kerja. Saya terpikir bagaimana caranya menafkahi keluarga. Saya lihat ada anak nyemir sepatu makanya saya putuskan pilih pekerjaan ini. Saya gak mau minta-minta. Lebih baik saya kerjakan yang halal untuk keluarga," pungkasnya.

(cr8/tribun-medan.com)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search