Kamis, 15 Desember 2016

Pementasan Kisah Adam dan Hawa Oleh Teater Eska Jogja

Pementasan Kisah Adam dan Hawa Oleh Teater Eska Jogja

BANDUNG – Ada pemandangan yang berbeda di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Kota Bandung, Rabu Malam (14/12). Sebuah pertunjukan naskah realis berjudul "Khuldi" dimainkan sangat apik oleh 11 orang lakon dari teater Eska asal Jogjakarta.

Naskah yang terinspirasi kisah Adam dan Hawa yang turun ke bumi akibat memakan buah khuldi, mampu merefleksikan kejadian-kejadian yanng selama ini terjadi Indonesia. Di mana saat ini ada banyak masalah sosial, budaya, politik, keagamaan, ekonomi dan lainnya yang belum tuntas.

Tokoh yang diperankan Ewa (Hawa), Edah (Adam) dan Ega (Iblis) berhasil menafsirkan ketiganya sebagai objek. Sedangkan untuk objek berisi materialisasi alam surga. Sedangkan untuk pengetahuan berkaitan dengan hukum perkara boleh dan tidak boleh.

Berdurasi hampir 90 menit tersebut, terutama tokoh Ewa sangat apik berdialog tentang kesedihan sekaligus sosok yang feminim (kenabatian). Lalu peran Ega mencerminkan seseorang yang penuh dengan nafsu dan maskulin (kebinatangan). Sedangkan peran Edah merupakan sosok yang kontradiktif terhadap dirinya sendiri.

Dalam salah satu agedan, terdapat tiga buah pintu yang berada di posisi yang berbeda. Di setiap pintu, terdapat dua orang yang saling menubrukan diri ke dalam pintu tersebut. Keduanya sambil berbicara tentang kesedihan. Akan tetapi, keduanya sedang berbicara pada kekosongan.

Diujung cerita yang menjadi romantis, ketika Edah pergi meninggalkan dunianya. Di mana Edah merasa dunia hanya tempat yang menyuguhkan hal yang fana. Di sisi lain, Ewa akan tetap menunggu sampai Edah kembali.

Sepanjang cerita, tidak sedikit penonton (mungkin) yang kebingungan dengan setiap adegan yang disajikan. Akan tetapi, secara ide dan gagasan, pementasan tersebut syarat akan ruang bebas dan terbuka untuk mengapresiasi dan memaknai apa itu "khuldi".

Menurut Sutradara Zuhdi Sang, adanya keberagaman dan perbedaan yang tidak bisa dipungkiri ini ternyata melahirkan permusuhan dan kebencian. "Disadari atau tidak karena perbedaan ini, orang-orang sering kali mencaci dan menghina," ucap Zuhdi ditemui usai pementasan.

Diakui olehnya, naskah surealis ini baru pertama kali dipentaskan. Sebelum dipentaskan di Bandung, naskah tersebut sempat dipentaskan di Porwokerto, Senin lalu (12/12). Lalu untuk Jumat (16/12), rencananya akan dipentaskan di Bogor. Terakhir, naskah tersebut dipentaskan di Jogjakarta, awal 2017 (4/1).

"Pagelaran ini sebagai peringatan karya pertunjukan yang ke-33 yang telah dilakukan oleh teater Eska," jelasnya. Tujuannya, lanjut dia, pertunjukan ini untuk mengasah kemampuan gagasan dan penulisan naskah, penyutradaraan, dan pemeranan. Sedangkan untuk latihan dianggap sebagai tempat dalam berproses kreatif personal yang menyebar.

"Harapannya, proses kreatif ini tidak berhenti sampai pementasan ini selesai. Akan tetapi, dapat terus berkelanjuta," pungkasnya. (Putri)

Print Friendly

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search