Sabtu, 14 Januari 2017

Kisah Karomah Syekh Akbar Abdul Fatah

Syekh Akbar Abdul Fatah adalah salah satu ulama terkenal di Tasikmalaya yang diyakini memiliki segudang karomah. Ulama tersebut dilahirkan pada 1884 di Desa Cidahu Tasikmalaya. Ilustrasi/Istimewa

Syekh Akbar Abdul Fatah adalah salah satu ulama terkenal di Tasikmalaya yang diyakini memiliki segudang karomah. Ulama tersebut dilahirkan pada 1884 di Desa Cidahu Tasikmalaya. 

Sebagai ulama kharismatik, Syekh Akbar Abdul Fatah memiliki banyak karomah. Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah, yang terdiri dari para santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fatah, dijatuhi bom oleh Pesawat Belanda.

Namun, bom-bom itu tidak meledak. Karena Syekh Akbar Abdul Fatah telah membekali para santrinya dengan air yang telah didoainya. "Air doa" sang wali inilah yang, atas izin Allah SWT, menangkal bom-bom penjajah tersebut.

Dikisahkan sejak belia Abdul Fatah sudah tertarik pada kehidupan rohaniah dengan menimba ilmu tarekat pada KH Sudjai, guru mursyid Tarekat Tijaniyah, selama tujuh tahun sejak 1903.

Selama menjadi santri, Abdul Fatah terkenal dengan sebutan "Si Linggis", karena analisisnya terhadap berbagai ilmu agama yang sangat tajam.

Terutama ketika dia mampu menganalisis dengan menggunakan ilmu nahu dan saraf dengan pendekatan tasawuf. Dia suka belajar dengan membaca berbagai kitab, sehingga beberapa pelajaran yang belum sempat disampaikan oleh gurunya sudah dikuasai.

Suatu hari, Abdul Fatah membaca ayat 17 surah Al-Kahfi, "Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, dia termasuk orang yang diberi petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, dia sekali-sekali tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid,".

Lalu dia bertanya kepada Kiai Sudjai, "Siapakah wali mursyid yang dimaksud dalam ayat ini?" Kiai Sudjai menjelaskan perihal wali mursyid sebagai guru tarekat, sementara mencari wali mursyid merupakan keharusan. Tapi, karena Kiai Sudjai mengaku bukan wali mursyid, Abdul Fatah disarankan untuk mencari wali mursyidnya.

Lalu berangkatlah Abdul Fatah mencari wali mursyid dengan mengunjungi para ulama di Jawa dan Sumatera. Karena belum menemukan, dia lalu mencarinya ke Timur Tengah, khususnya Mekkah.

Maka pada 1922 dia pun berangkatlah, dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sampai di Singapura, kapal yang mereka tumpangi rusak. Terpaksalah dia bermukim di Singapura itu. Abdul Fatah tinggal di Kampung Watu Lima, kemudian di Kampung Gelang Serai, selama lima tahun.

dibaca 3.276x

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search