Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - "Apa yang ada rasakan ketika mendapat Rp 1 miliar dan berlibur ke London?" Tanya seorang wanita yang usianya hampi setengah abad itu. "Pengalaman saya, pulang pergi gelap bu," celoteh wanita di sampingnya, yang umurnya sekitar 20an.
Seketika tawa memecah di ruangan berukuran tiga kali enam itu. Tak hanya sekali, siang itu bak panggung stand up comedy bagi sembilan orang yang ada di ruangan itu. Masing-masing melontarkan lelucon yang mengundang tawa.
Mereka saling bercengkeramah, namun tak ada satu pun dari mereka yang saling berhadapan. Semuanya duduk tegak, dengan kepala setengah menengadah ke atas. Namun ada beberapa dari mereka mencoba memalingkan kepala ke samping, mencari sumber suara dengan indera pendengaran mereka.
Seakan rutinitas, seperti itulah yang setiap hari terjadi di Sekolah Luar Biasa A Bartemeus, Malalayang Manado, Sabtu (14/1). Tawa dan lelucon selalu menyelip di keseharian siswa yang sekaligus menghuni Panti Asuhan Tunanetra Malalayang ini.
"Mereka memang begitu. Semuanya suka lelucon. Setiap hari kalau kami berkumpul, duduk bersama. Mereka dan bahkan saya pasti ada yang akan mulai bercanda," ujar Pendeta Debby Punuh Rumengan.
Debby nyaris seperti mereka yang menghuni panti ini. Penglihatannya tak normal lagi. Matanya yang dulunya normal, dua tahun terakhir mulai menurun. Ia hanya bisa melihat samar-samar.
"Dulu saya melayani di gereja. Terakhir di GMIM Bukit Moria Rike. Lalu karena saya mulai sakit, GMIM mengeluarkan surat keputusan menempatkan saya menjadi pendeta yang melayani di sini," ujar Debbt dengan senyum hangatnya dan cara bertuturnya yang terlihat keibuan.
Panti asuhan ini dihuni 24 orang yang umurnya mulai dari 15 - 32 orang. Debby enjoy-enjoy saja ketika harus berhadapan dengan anak-anak. Bukan langsung harus bisa, namun proses yang Debby lalui juga tak mudah.
"Awal-awal saya sulit menghadapi anak-anak. Lama-lama akhirnya mampu menyesuaikan. Karena mereka berkekurangan, menghadapi mereka harus sabar dan penuh kasih. Harus bisa memahami kondisi mereka," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar