Salah satunya adalah Mustamir (58). Sudah dari tahun 1983 dia menyelam di berbagai jenis keadaan air sekitar Teluk Jakarta.
"Kami ini kesatuan tim rescue dan yang terampil ada 4. Yang basic 3 tergolong masih muda umurnya sekitar 30-an dan kalau ada misi penyelamatan belum berani dilepas sendirian," kata Mustamir di atas speedboat saat mencari korban KM Zahro Ekspress, Selasa (3/1/2017) .
Mustamir pada zaman dulu menjalani pembinaan dan pendidikan di pelatihan sipil biasa. Selain itu, ia berlatih pula bersama instruktur dari Jepang saat tahapan spesial.
"Saya sudah 34 tahun menyelam. Ada pula satu teman saya tergolong paling tua," kata pria asli Semarang ini.
Ada kejadian yang amat berkesan saat Mustamir sedang bertugas. Saat itu, ada anak sekolah yang tenggelam di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
"Misinya mudah dan enak. Karena cuacanya cerah, jadi dasarnya yang pasir tidak membuat air keruh. Kita menyelamnya enak dan feeling kita jadi bagus," kata dia.
Sehari-harinya, ia bertugas di sekitar kawasan Pelabuhan Kaliadem, Muara Angke, Muara Baru, dan Sunda kelapa. Mustamir menganggap perairan tradisional yang menuju ke Kepulauan Seribu adalah lokasi sering terjadinya kecelakaan laut. Maka dari itu, ia meminta pemerintah lebih memperhatikannya.
"Coba lihat di Tanjung Priok. Karena disana hanya kapal-kapal modern dan besar, jadi hampir tidak ada kecelakaan," ucap dia.
Berpuluh-puluh tahun menjadi penyelam ia lewati dengan sabar. Rasa kemanusiaan yang menjadi dasar membuat suka duka terlewati dengan cepat.
"Bikin lega kalau ketemu korbannya. Soalnya kan panggilan jiwa dan tidak menjadi beban lagi. Dukanya kalau misi enggak berhasil. Tapi alhamdulillah jarang. Kayak sekarang ini belum menemukan satupun," urai dia.
Dia dan teman-temannya sebayanya memang senja di segi umur. Namun ia masih sering menjadi ujung tombak saat evakuasi yang di lakukan oleh pihak kepolisian.
Menjaga kesehatan, olahraga ringan, dan seringnya simulasi darat membuat dia terbiasa saat berhadapan dengan jenazah yang tidak utuh lagi.
"Mudah-mudahan setelah saya pensiun dua belan ke depan," kata pria yang digaji pemerintah sekitar Rp 7 juta perbulannya.
Kini Mustamir menjadi ujung tombak dalam mencari korban KM Zahro Express yang terbakar. Dikabarkan, Sisa korban hilang akibat kebakaran tersebut 17 orang.
Peristiwa terbakarnya KM Zahro yang terjadi pada Minggu (1/1) lalu itu menewaskan 23 orang penumpang. Dari 23 korban tewas itu, 3 di antaranya ditemukan mengambang di laut, sementara 20 lainnya tewas terbakar.
(msl/rvk)
This article passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article: The Guardian's Summary of Julian Assange's Interview Went Viral and Was Completely False.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar