Minggu, 19 Februari 2017

'Drupadi': Perempuan yang Berjuang Melawan Suratan

'Sekali sentak, lepaslah kain Drupadi, yang kali ini tidak mendapat perlindungan Kresna. Ia dilemparkan ke atas meja judi, dan Duryudhana di depan mata semua orang melepas pula kainnya, diiringi sorak sorai Kurawa."

'Drupadi milik kita!'

'Duryudhana yang pertama, lantas Dursasana, selanjutnya para Kurawa memperebutkannya…'

Bagian cerita dari bab empat buku Drupadi karya terbaru dari Seno Gumira Ajidarma itu menjadi bagian yang keluar dari pakem kisah Drupadi yang selama ini menempel di ingatan. Jika merunut pada kisah Drupadi dari Mahabharata atau tulisan RA Kosasih misalnya, saat kainnya disentak, Drupadi mendapat perlindungan Kresna sehingga kain itu tak pernah habis. Namun, kali ini dalam kisah yang ditulisnya, Seno membuat cerita yang lain. Ia merekonstruksi dan membayangkan kain itu lepas dan Drupadi diperkosa beramai-ramai oleh 100 orang Kurawa. Bahkan, yang ke-100 adalah Kurawa perempuan. Sebuah gimmick atau guyonan yang selalu disematkan khas karya SGA.

Meski demikian, Drupadi diceritakan tetap suci. Dari pertaruhan di meja judi, ia kemudian mesti menghadapi berbagai masalah dan penderitaan lainnya yang seolah selalu datang menghampiri. 


Kisah 'Drupadi, Perempuan Poliandris' merupakan novel terbaru SGA yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada awal 2017.

Meski di sampulnya disebutkan Novel, buku ini merupakan kumpulan tulisan Seno yang memuat tentang Drupadi, dari tulisannya pada 1984 dan kemudian digabung dengan beberapa tulisan pada 2000-an. Tentu saja rentang waktu ini membuat penceritaan Drupadi melewati masa berbeda meski kemudian masih terasa sambung menyambung satu dengan yang lain.

(rah/rsa)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search