Minggu, 26 Februari 2017

Suzuki, Kisah Merajut Ulang di Babak Awal Karir MotoGP

Suzuki saat memenangkan balapan bersama Maverick Vinales (Foto: Crash)

Balapan MotoGP kedatangan saudara yang sudah lama hilang dua musim lalu. Mereka adalah tim pabrikan asal Jepang, Suzuki Ecstar. Suzuki yang sempat vakum beberapa lama dari MotoGP akhirnya mendapat sambutan meriah dari para penggemar MotoGP. Ternyata, sambutan itu tak sekedar euforia belaka. Itu terjadi karena Suzuki berhasil memberikan perlawanan kepada tim senior bahkan di musim pertama mereka.

Berbekal dua pembalap Spanyol, Maverick Vinales dan Aleix Espargaro, Suzuki secara perlahan terus mengembangkan kemampuan motor mereka. Dari satu balapan menuju balapan selanjutnya, kedua penunggang kuda besi tersebut sukses meraih banyak pelajaran berarti. Pelajaran yang akhirnya berhasil diolah secara matang di ruang data mereka demi menyambut MotoGP 2016.

Hasilnya cukup memuaskan, pada balapan MotoGP 2016, Suzuki berhasil meraih kemenangan pertamanya di MotoGP seri Silverstone, Inggris. Adalah remaja berbakat Vinales yang berhasil menjadikan Suzuki terdepan kala itu. Tak hanya di Inggris, cakar Suzuki di deretan tim papan atas juga sudah mulai terbangun ketika rombongan pembalap berada di Prancis. Ketika itu, Vinales berhasil mendapatkan posisi tiga.

Hingga akhir musim, Suzuki berhasil menempati posisi empat klasemen tim. Mereka bahkan hanya berjarak satu poin dari raksasa Ducati yang berada di posisi ketiga. Tetapi sayang, semua kisah cinta manis di awal karir tersebut harus berakhir dramatis. Kepergian Jorge Lorenzo dari Yamaha membuat Maverick Vinales harus mengisi tempat kosong tim senior tersebut.

Vinales yang memiliki ambisi besar untuk menjadi juara memang tak bisa ditahan lagi. Sebagai gantinya, sang Manajer Tim, Davide Brivio harus menggunakan jasa pembalap Italia, Andrea Iannone untuk musim 2017. Tak hanya Vinales yang pergi. Espargaro yang entah mengapa merasa kecewa juga memutuskan untuk hengkang. Kembali kehilangan seorang pembalap membuat Brivio berpikir keras. Banyak faktor yang ia harus pikirkan untuk menentukan pendamping Iannone. Harus diakui, tak banyak pembalap handal yang tersisa menjelang awal musim.

Cal Crutchlow dan Dani Pedrosa yang sempat masuk dalam daftar calon penunggang Suzuki tampaknya masih terlalu setia dengan Honda. Akhirnya, mereka mendapatkan nama baru yakni Alex Rins. Tak banyak pihak setuju dengan keputusan Brivio. Namun yang pasti, mantan bos Valentino Rossi di Yamaha tersebut menyatakan bahwa dirinya sudah mempertimbangkan secara matang duet maut antara Iannone dengan Rins.

"Dalam menentukan pembalap, Anda juga harus mempertimbangkan perkembangan para pembalap yang sangat sulit untuk ditebak. Mungkin saja Anda mendapat pembalap hebat dari Moto3 dan Moto2 namun karir mereka tak berjalan mulus. Atau terkadang anda menggunakan jasa pembalap yang biasa saja di Moto2, tetapi ia bekerja keras dan bisa berubah di MotoGP," ujar Brivio dalam sebuah wawancara bersama Crash di sela-sela uji coba Phillip Island beberapa waktu lalu.

Babak Baru

Andrea Iannone, Davide Brivio, dan Alex Rins (Foto: Suzuki)

Setelah ditinggal dua pembalap pelopor mereka, Suzuki kini sudah meraih pengganti. Namun itu artinya mereka harus merajut ulang apa yang telah mereka lakukan dalam dua musim terakhir. Tentu tak mudah karena setiap pembalap memerlukan waktu untuk beradaptasi.

Benar saja, pada uji coba di Sepang, Malaysia dan Phillip Island, Australia, kedua pembalap tersebut masih harus meraba-raba kekuatan Suzuki. Para mekanis bahkan mungkin harus sedikit memalingkan wajah ketika melihat mantan mereka, Vinales berhasil menjadi yang tercepat dalam beberapa kesempatan.

Namun bukan Suzuki namanya jika tak memiliki perencanaan yang tepat. Brivio mengakui bahwa musim 2017 tak akan berjalan mulus seperti musim lalu. Brivio bahkan tak segan-segan melihat Suzuki akan kesusahan seperti pada musim 2015 silam. Tetapi seburuk itukah perajutan ulang karir Suzuki di MotoGP?

Mungkin saja! Dalam satu sisi, Suzuki tak perlu khawatir karena pesaing mereka musim lalu - Ducati- juga tengah tertatih-tatih. Pembalap baru Jorge Lorenzo tampaknya masih dihadang awan gelap peninggalan Iannone. Bukan tak mungkin pada akhir musim nanti, Suzuki lah yang berada di depan pabrikan asal Italia tersebut.

Namun Suzuki tak bisa sekedar berdiam diri. Itu terjadi karena ada satu tim kuat lagi yang siap menjiplak cara mereka di musim 2015 yakni KTM. Bahkan KTM dapat dikatakan memiliki modal yang lebih besar jika dibandingkan dengan mereka. Sponsor utama Red Bull tentu jauh lebih mentereng jika dibandingkan dengan produk Ecstar miliki Suzuki sendiri.

Data analis di garasi Suzuki (Foto: Suzuki)

Terlebih lagi, dalam beberapa kesempatan KTM menyatakan sangat terinspirasi dengan pergerakan Suzuki. Tak hanya itu, KTM juga dengan beraninya membunyikan genderang perang dengan Honda. Tim yang memang sudah menjadi musuh bebuyutan mereka bahkan ketika berada di balapan Reli Dakar.

Kini seluruh penikmat MotoGP akan tertuju pada Ducati, Suzuki, dan KTM. Ketiga nama tersebut diprediksi akan mengekor Honda dan Yamaha di akhir musim. Pertanyaan besar adalah siapa yang akan menjadi terbaik ketiga?

"Kami secara perlahan menata ulang cara kerja kami seperti para mekanik di garasi. Orang yang sama tetapi dengan pembagian tugas yang berbeda. Dahulu beberapa mekanik hanya bekerja untuk satu pembalap, kini mereka bekerja untuk kedua pembalap. Mereka berada di posisi penting untuk kedua pembalap," tutup Brivio menjelaskan perubahan timnya menyambut MotoGP 2017.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search