PROKAL.CO, Tegas tak mesti keras, itulah prinsip teguh dipegang oleh Iptu Misransyah dalam melaksanan tugas. Sebagai Kasat Tahanan dan Barang Bukti, perwira balok dua ini punya jurus jitu membina tahanan dari multi kasus, berikut kisah singkatnya.
Muhammad Akbar, Amuntai
"Pagi, komandan!"
Sapaan itu sudah terdengar akrab di telinga Kepala Satuan Tahti Polres Hulu Sungai Utara Iptu Misransyah. Setiap pagi, dia harus mengeluarkan para tahanan keluar dari sel untuk berolahraga alias senam.
Pagi itu, satu persatu pelaku kejahatan baik judi, curanmor, narkoba dan perampokan satu persatu keluar dari sel sambil bercanda. Wajah mereka terlihat kusut, tapi tetap ceria. Iptu Misransyah menyapa dan mengajak mereka berbincang-bincang. Sesekali candaan terdengar diiringi dengan tawa.
"Ya ini kegiatan rutin para tahanan yang belum menyandang status terdakwa. Mereka semua masih menunggu proses pelimpahan kasus dari pihak kami ke kejaksaan. Mereka penjahat namun kami tidak perlu untuk jahat kepada mereka," sebut Misransyah yang juga pernah menjabat sebagai Kapolsek Babirik tersebut.
Dia mengatakan bagian Tahti atau Tahanan dan Barang Bukti pada unit kepolisian mungkin kalah populernya dengan unit lainnya seperti lalulintas ataupun reskrim. Padahal bagian ini punya tugas yang tak kalah berat dan penuh risiko.
Pasalnya sehari-harinya harus bergaul dengan para tahanan. Unit Tahti juha harus benar-benar mereka yang "kuat iman." Banyak iming-iming dan sogokan dari tahanan yang mendapat keringanan saat proses penahanan.
Menurut Misransyah, sebagai petugas hukum, dirinya yakin tahanan-tahanan itu, pasti memiliki jiwa yang baik. Mungkin pergaulan atau masalah-masalah klasik kehidupan membawa mereka menjadi warga yang melanggar hukum.
"Saya punya rumus, tahanan tidak boleh dikerasi. Mereka manusia juga, mungkin kesempatan dalam hidup saja berbeda. Pendekatan kekeluargaan mungkin lebih baik, ketimbang mereka dikerasi. Tegas tidak harus marah," sebutnya.
Jadi usai latihan, kalau kebetulan bertepatan dengan hari Jumat para tahanan ini disuguhkan tausyiah. "Biar hati mereka sejuk dan menyadari perbuatannya yang salah karena melanggar hukum negara bahkan diagamapun dipastikan salah tindakan yang mereka lakukan," ucap Misransyah.
Apakah ada perbaikan perilaku dengan pendekatan ini?
"Yang sangat kelihatan etika mereka yang dulu kurang setelah ikut senam pagi dan bimbingan agama jauh lebih baik dalam perubahan prilaku mereka," cetusnya polisi lepasan SPN Balikpapan tahun 1995 ini.
Salah satu tahanan sebut saja Curat, yang ditahan dalam kasus pencurian kendaraan roda dua mengaku banyak mendapatkan hal positif dalam hidupnya setelah ikut acara bimbingan tahti. "Badan segar, otak jadi lebih adem dengan nasehat para ustadz yang datang membina kami," ungkapnya. (mar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar