Jumat, 17 Maret 2017

Mendengarkan Kisah Tunawisma di Kota Melbourne

Berbincang dengan para tunawisma yang tidur di berbagai pojok Kota Melbourne, mengungkap kesemrawutan isu yang saling terkait, mulai dari penyakit mental, konflik keluarga dan yang sudah pasti isu narkoba.

Penyebab seseorang menjadi tunawisma memang kompleks dan menantang. Masalah ini setiap tahunnya membebani Negara Bagian Victoria sekitar $ 194 juta atau sekitar Rp 1.985 triliun.

Di antara penyebabnya adalah keretakan hubungan keluarga dan pengangguran kronis, mereka yang berulangkali keluar masuk pengadilan atau penjara, mereka yang berperilaku merusak diri sendiri ketika menghadapi situasi sulit.

Pikiran menjadi kabur, hati mereka pun lelah. Tidak ada keluarga yang dapat dimintai bantuan. Tidak ada kartu identitas yang mungkin sekali waktu bisa membuka kesempatan pada sesuatu yang lain.

Lisa (38 Tahun)
Lisa

Lisa patah hati ketika kehilangan pekerjaannya merawat anak-anak difabel. (Jane Cowan)


Memperhatikan orang adalah sesuatu yang bisa anda lakukan secara leluasa ketika anda menjadi tunawisma. "Memperhatikan orang lebih baik daripada di TV," kata Lisa sambil tertawa.

Dia ingat ketika berada di tengah kerumunan orang yang bergegas di pusat kota. Dia pernah bekerja di sebuah toko pakaian dalam pria di Elizabeth Street. Dia juga melakukan kerjaan memperbaiki karoseri mobil, melukis dan melapisi badan kendaraan.

Namun pekerjaan terbaik yang pernah dilakukannya adalah bekerja dengan anak-anak difabel membantu menyediakan makan siang.

"Saya sangat menyukai pekerjaan itu. Saya biasa pulang dengan cipratan yoghurt atau apa saja di badan saya. Saya pulang dari sana dengan perasaan telah melakukan pencapaian luar biasa. Saya merasa seperti telah melakukan sesuatu yang baik," ujarnya.

Namun dia kehilangan pekerjaan ketika pemeriksaan polisi menunjukkan catatan kejahatan yang pernah dilakukannya. "Hal itu membuat saya patah hati," tuturnya.

Konflik rumahtangga adalah penyebab yang membuat ibu dari dua anak ini hidup di jalanan.

"Konflik rumahtangga yang saya alami menjadi lebih buruk hingga ke titik dimana tak ada lagi yang tersisa. Saya pernah dirampok. Diperkosa. Dan sudah berkali-kali dilecehkan," katanya.

Dia juga mengaku pernah digigit laba-laba ekor putih ketika tidur di ruang terbuka dan berakhir di rumahsakit. Tapi kini namanya sudah masuk dalam daftar tunggu untuk rumah penampungan dan berharap ini akan menjadi bagian akhir dari (kisahnya sebagai tunawisma).

Christian, (36 Tahun)
Christian

Christian kecanduan heroin dan belakangan dia sering mendengar gangguan suara-suara. (Jane Cowan)


Heroin telah membuat Christian menjadi tunawisma. Heroin membantunya meredam komentar sinis dari orang, membantunya lari dari kenyataan.

Terlahir dengan gangguan jantung bawaan, Christian menggunakan alat pacu jantung sejak berusia 13 tahun. Dia membuka jaketnya dan menunjukan bekas luka operasinya.

Namun belakangan ini terjadi komplikasi. Dia mendengar suara-suara. Orang menguasai pikirannya, dia menduga, melalui penggunaan ponsel merek tertentu.

"Saya melakukan hal-hal yang bukan menunjukkan diri saya sebenarnya. Membuat saya melakukan gerakan yang tidak bisa saya kontrol, serangan jantung dan hal semacam itu," katanya.

Dia sudah keluar masuk penjara, dituduh mencuri dari 3 toko berbeda. "Tuduhan yang tidak benar," katanya membela diri.

"Setelah menjalani persidangan, dengan berbagai riwayat kejahatan, saya seharusnya menjadi jauh lebih baik, mampu mengatasi berbagai hal yang dihadapi orang yang tinggal di jalanan," ujarnya.

Dia juga berhenti menggunakan narkoba. Dia sebelumnya merupakan pengguna, tapi saat ini dia harus mampu menguasai suara-suara yang didengarnya.

Penny, (31 Tahun)
Penny

Anak-anak Penny mengetahui kalau dirinya menjadi tunawisma dari melihat gambar di surat kabar dan media online. (Jane Cowan)

Dua tahun lalu Penny memiliki keluarga dan sebuah flat di daerah Reservoar di pinggiran Melbourne. Sekarang dia tidur di luar stasiun kereta api Melbourne Central dan menatap ke kejauhan.

Dia tahu bagaimana orang menilainya, dengan kulit memerah dan tampak marah seperti layaknya kebanyakan pecandu narkoba.

Dia mengaku tidak menggunakan sabu. Hal terburuk yang pernah dia coba.

Dia pencandu heroin yang sudah pulih. Pengisap ganja. Tapi kulitnya, menurut dia, merupakan infeksi yang pernah dialaminya.

"Dokter mengatakan itu bentuk kebiasaan menyakiti diri sendiri, karena apa yang saya rasakan itulah yang ingin saya tampilkan di luar diri saya. Saya terlihat seperti kotoran karena merasa seperti sampah," ujarnya.

Satu-satunya pekerjaan yang pernah dia miliki adalah sebelum dia menjadi seorang ibu pada usia 17 tahun. Dia bekerja di restoran waralaba Hungry Jack's dan di bar sandwich di sebuah kasino.

Kemudian dia menjadi pecandu narkoba. Belakangan dia merasa beruntung mendapati orang tersenyum ke arahnya atau anggukan atau secangkir kopi dari orang lewat.

Awal dia menjadi tunawisma ketika dia dan pasangannya kehilangan hak asuh atas anak-anak mereka. Bantuan orangtua dikirimkan ke orangtua mereka sementara uang sewa rumah meningkat. Mereka tidak mampu membayar dan akhirnya diusir.

Bahkan untuk melewatkan malam di wisma backpacker saja bukan jadi pilihan baginya. Untuk tinggal di tempat seperti itu memerlukan kartu identitas. Sesuatu yang dia dan pasangannya tidak memiliki.

Terkait dengan stereotip bahwa semua orang tunawisma adalah pecandu narkoba, Penny mengatakan: "Apakah kamu akan menggunakan narkoba, kalau kamu seorang tunawisma?"

Lima orang anak Penny yang berusia antara 5 dan 13 tahun, nyaris tidak pernah dia lihat. Anak-anaknya mengetahui kalau dirinya tinggal di jalanan dengan melihat gambar di suratkabar dan Facebook.

"Ibu saya mengira, kami tidak menginginkan anak-anak kami, tapi masalahnya adalah saya malu. Memalukan untuk berada pada situasi saya," ujarnya.

Glen, (32 Tahun)
Glen tidur di ruang terbuka ditemani anjing Buldog Amerika miliknya

Tunawisma bukan merupakan pilihan hidup bagi Glen, yang tidak dapat memiliki akomodasi karena tidak memiliki riwayat menyewa rumah. (Jane Cowan)

Suara bising lalu lintas adalah bunyi yang selalu ada di kepala anda. Suara penyapu jalan. Sirene apa saja yang membunyikan sirene. Dan cahaya. Di jalan-jalan dapat menjadi lebih gelap pada siang hari, ketimbang malam hari karena cahaya lampu neon.

Pada usia 32, Glen tidak pernah menyewa rumah. "Saya tinggal di rumah kos beberapa kali tapi tidak pernah menyewa rumah. Cara ini sangat menyebalkan dalam mendapatkan referensi," katanya.

Setelah tumbuh di pinggiran kota, ia tinggal dengan teman-teman sampai akhirnya mereka diusir. Mereka menjadi tunawisma. Beberapa minggu dia tidur di sebuah taman di pinggiran kota. Menjalankan tugas di rumah kos.

Di sisinya terdapat anjing bulldog Amerika miliknya. Hewan itu terkadang ke jalan untuk berbaring di bawah sinar matahari, tidak menyadari lalu lintas kota. Anjing itu berusia sembilan tahun, setahun lebih muda dari putri Glen. Putri yang dia menolak membicarakannya lagi.

Hari ini bong narkoba sudah berhasil disingkirkannya tapi kata-kata Glen bernada sarkastis.

"Mungkin aku harus melakukan investasi properti," katanya.

Dia menyeringai pada gagasan memliki berbagai pilihan kehidupan.
"Apakah Anda melakukan ini dengan sengaja? Apakah itu pilihan atas dasar keuangan atau pilihan gaya hidup? Apakah ini anda pertimbangkan? Apakah Anda tidur di jalan setapak? Apakah Anda minggat dari rumah Anda?"

Tani, (20 Tahun) dan Matt (23 Tahun)
Kehidupan Matt dan Tani tinggal di jalanan Kota Melbourne

Bagaimana saya bisa memiliki rumah, tanya Matt, yang tinggal di jalanan bersama pasangannya Tani. (Jane Cowan)

Pada usia 23 tahun, Matt sudah lebih dahulu kecanduan heroin. Dia sedang bertelanjang dada menyusuri jalan-jalan di Kota Melbourne ketika Tani memberinya pakaian.

Dia datang ke pusat Kota Melbourne setelah melalui 18 buah tempat pengungsian di kota Melbourne dan antarnegara bagian. Tapi dia sulit merangkai kata-kata untuk menjelaskan mengapa dia menjadi tunawisma.

Saat ini pasangan itu saling jatuh cinta. Kehidupan jalanan membuat mereka seperti menjalani kehidupan selama 10 tahun dipadatkan menjadi enam bulan. Bertengkar hebat dan tidak memiliki tempat pribadi untuk mereka bermesraan semua bercampur menjadi satu.

"Kami hanya menginginkan tempat berteduh yang stabil," kata Matt.

"Bagaimana cara mendapatkan rumah? Tidak ada yang dapat memberitahu saya tempat mana yang dapat kami datangi untuk bisa mendapatkan rumah," ujarnya.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search