Judul Buku : Kuntum-kuntum Surga
Penulis : Ririn Astutiningrum
Penerbit : Mizania
Tahun Terbit : Cetakan 1, Juli 2016
Jumlah Halaman : 276 halaman
ISBN : 978-602-418-035-5
Peresensi : Khairul Amin, Alumnus Universitas Muhammadiyah Malang
Belakangan, kebinekaan negeri ini diuji dengan beragam kasus yang erat kaitannya dengan keimanan dan aqidah. Mulai dari dugaan penistaan agama, aksi boikot, hingga usaha melakukan teror antara satu golongan terhadap golongan yang lain. Aksi ini salah satu upaya nyata menggoyahkan iman dan akidah orang lain (yang berbeda) diantara mereka.
Pada kondisi ini, menjaga iman dan akidah menjadi penting dan genting, penting karena merupakan tuntunan setiap manusia, genting karena dibenturkan dengan kebinekaan, maka kecerdasan fikiran dan sikap harus di utamakan, mengakomodir kepentingan diri (iman dan akidah) tanpa mengesampingkan nilai-nilai bernegara, menjaga kebinekaan.
Cara-cara santun menjaga keteguhan iman dan aqidah sudah banyak dicontohkan oleh sosok perempuan-perempuan mulia terdahulu, diantaranya kisah Khadijah Binti Khuwailid, belahan jiwa Nabi Muhammad Saw., Fathimah Al-Zahra, putri kesayangan Rasulullah Saw., Maryam Binti Imran, wanita suci yang dianggap kontroversial karena hamil tanpa disentuh lelaki, dan Asiyah Binti Muzahim, wanita cantik dan saleh yang dipaksa hidup bersama Fir'aun, raja yang zalim. Kisah mereka patut kita teladani dalam upaya menjaga iman dan aqidah.
Kisah Khadijah, Fathimah, Maryam, dan Asiyah termuat sempurna dalam buku gubahan Ririn Astutiningrum ini. Keempat perempuan ahli surga ini mampu menjadi simbol kekuatan sejati perempuan, mampu menjaga iman dengan ketulusan dan keikhlasan, tanpa sedikitpun menggunakan kekerasan.
Pembaca akan banyak belajar kesabaran dan kegigihan dari kisah Asiyah, perempuan cantik yang terpaksa menerima pinangan Fir'aun, raja zalim lantaran tak tega melihat kedua orangtuanya disiksa karena awalnya Asiyah menolak pinangan Fir'aun (hal 22). Derita Asiyah terus berlanjut saat dia mempertahankan Musa, bayi yang dia temukan di sungai nil, agar tidak dibunuh oleh Fir'aun.
Penderitaan Asiyah semakin lengkap, saat dirinya harus dihukum mati dengan cara dijemur dibawah terik mata hari sambil ditindih batu besar lantaran tidak mengakui Fir'aun sebagai Tuhan. Asiyah tidak sendiri, karena sebelumnya pelayan kerajaan, Hazaqil dan Masyitah beserta ketiga anaknya yang masih kecil, harus mengakhiri hidup dengan cara yang tidak manusiawi, diceburkan dalam minyak yang mendidih, karena mereka menolak mengakui Fir'aun sebagai Tuhan, kayakinannya terhadap Allah sebagai Tuhan mereka adalah keniscayaan (hal 57).
Tauladan lain juga hadir dari Khadijah, istri Rasulullah Saw., wanita yang bergelar ratu mekkah lantaran kekayaannya. Namun, kekayaannya yang melimpah telah habis tak tersisa, dia sedekahkan pada seluruh kaum muslimin yang menerima pemboikotan akses perniagaan dan lainnya oleh orang-orang kafir Quraisy selama tiga tahun. Tak ada raut penyesalan dari Khadijah yang melampaui 25 tahun hidup bersama Muhammad dengan beragam ujian berat. Tak ada kalimat terucap dari lisannya, selain kata-kata cinta dan penguat (hal 183).
Khadijah benar-benar mengabdikan segenap jiwa dan raga untuk mendukung perjuangan Rasulullah Saw. hingga akhir hayatnya. Kegigihan dan kemuliaan sifat Khadijah juga melekat pada putrinya, Fathimah Al-Zahra. Fathimah menjadi peneduh atas semua perlakuan jahat kafir Quraisy terhadap ayahnya Muhammad. Fathimah menngantikan peran ibu memenuhi tugas-tugas rumah tangga.
Selepas pernikahannya dengan Ali ibn Abi Thalib, Fathimah tidak lantas menghentikan perjuangannya dalam melayani sesama, dirumah mertuanya dia banyak melayani Ashabussuffah, para sahabat yang menyerahkan hidupnya untuk berburu ilmu kepada Rasulullah Saw., kehidupan keluarga Fathimah sangat sederhana, bahkan sering tidak cukup, hidup dan hartanya banyak disedekahkan untuk ummat, tauladan ini tidak lepas dari binaan langsung dari Rasulullah Saw. (hal 100).
Kisah-kisah dalam buku ini menjadi peneduh terhadap pandangan perempuan yang selama di anggap lemah, kisah mereka menjadi sombol kekuatan perempuan yang bekerja dalam sunyi, jauh dari eforia perjuangan pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar