Minggu, 12 Maret 2017

NEWS STORY: Kisah Idjon Djanbi Ngomelin Kopassus Jelang Ajal Menjemput

TIDAK salah TNI AD merekrut Mochamad Idjon Djanbi sebagai komandan pertama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Karakternya yang tegas dan disiplin, tidak hanya nampak saat masih berkarier di dinas militer, tapi juga sampai dua jam sebelum ajal menjemput nyawanya.

Letkol Idjon Djanbi yang lahir dengan nama Rokus Bernardus Visser, dibanggakan korps elite TNI AD sebagai "Bapak Kopassus", meski awalnya merupakan instruktur pasukan khusus Belanda, Korps Speciale Troepen (KST).

BERITA REKOMENDASI


(Baca: TOP FILES: Riwayat Kopassus yang Dicetak Mantan Sopir Ratu Belanda)

Pasca-meminta pensiun pada 1956, Idjon Djanbi "dikaryakan" ke perkebunan meski pada akhirnya tetap tidak pensiun. Seiring waktu, masalah pada ususnya membuat kondisinya memburuk, hingga akhirnya tutup usia di Rumah Sakit (RS) Panti Rapih, Yogyakarta pada 1 April 1977.

Putra Idjon Djanbi, Heru Djanbi, mengaku masih ingat betul masa-masa akhir kehidupan ayahnya, walau kala itu usianya masih 8 tahun. Dia juga mengaku tak tahu kalau ternyata ayahnya dilarikan ke RS dalam kondisi sudah parah.

"Bapak (Idjon Djanbi) itu sering menahan sakit. Ibu (Suyatmi Djanbi) beberapa kali bertanya pas bapak sering megangin perut. Tapi bapak enggak pernah bilang. Sampai pada akhirnya bapak dilarikan ke rumah sakit," tutur Heru Djanbi berkisah kepada Okezone.

"Bapak itu meninggal karena pelengketan usus. Tapi pas dibawa ke RS, diagnosa awalnya usus buntu. Tahunya ada pelengketan usus, itu setelah operasi usus buntu. Dalam 2 bulan, bapak 3 kali dioperasi. Di RS itu juga sudah dijagain anggota Kopassus dari Kandang Menjangan," imbuhnya.

Mengingat kondisi Idjon Djanbi kian memburuk, tim dokter disebutkan sempat rapat, untuk melakukan dua kali operasi. "Dokter yang awalnya enggak tahu tentang bapak, sempat tanya pas anggota Kopassus berdatangan. Ini kenapa orang Belanda kok sampai dijaga Kopassus?," sambung Heru.

"Tapi pas dikasih tahu, bahwa ini adalah Bapak Idjon Djanbi, tim dokter rapat pada malamnya yang intinya akan mengadakan operasi lagi. Kalau memang sembuh, ya sembuh. Kalau tidak, ya kita pasrah. Setelah operasi ketiga, selang seminggu kemudian, bapak udah enggak ada (meninggal)," lanjutnya.

"Tapi ada satu cerita sebelum beliau meninggal jam 5 sore itu. Kira-kira jam 3, bapak masih sempat marahin anggota (Kopassus yang berjaga di RS) karena pakai baretnya salah. Ditegur bapak itu karena pakainya asal saja. Ya baret kan hal sepele ya. Sama ibu juga dibilangin, ya sudahlah, biarkan saja. Tapi kata bapak, kalau salah ya harus dibenarkan," tandas Heru.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search