Sabtu, 18 Maret 2017

NEWS STORY: Kisah Pendiri Kopassus Idjon Djanbi Sering Bagi-Bagi Jas Hujan ke Pemetik Teh

KENDATI punya "saham" yang besar terhadap berdirinya Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Letkol Inf (Purn) Mochammad Idjon Djanbi tetap dianggap "orang asing" buat pemerintah. Asing kendati sudah mengubah kewarganegaraan, menikahi wanita Indonesia, jadi mualaf, serta mengubah namanya dari Rokus Bernardus Visser menjadi M Idjon Djanbi.

Sebelumnya, Idjon Djanbi merupakan perwira instruktur Korps Speciale Troepen (KST) atau Pasukan Khusus Belanda. Dia direkrut Panglima Komando Tentara Teritorium III/Siliwangi (kini Kodam III/Siliwangi) Kolonel Alexander Evert Kawilarang, untuk membentuk satu unit pasukan khusus.

BERITA REKOMENDASI


Unit pasukan khusus yang sebelumnya, sempat jadi buah pikiran kolega Kawilarang di operasi penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS), Kolonel Ignatius Slamet Rijadi. (Baca: Gagasan Kopassus dari Pertemuan Singkat Slamet Rijadi & Kawilarang)

Idjon Djanbi dipilih karena sudah qualified dalam pendidikan pasukan khusus dan direkrut dengan diberi pangkat mayor. Tapi pada 1956, Mabes Angkatan Darat (Mabesad) melihat celah pergantian komandan Kopassus ke perwira pribumi.

Idjon Djanbi yang sudah "mencium" hal itu, enggan menerima jabatan baru yang bukan lagi di sektor pelatihan komando. Sempat minta pensiun, tapi pada akhirnya "dikaryakan" di perkebunan.

Heru Djanbi, anak kedua Idjon Djanbi atau saat lahir masih bernama Rokus Bernardus Visser, masih terkenang dengan karakter sang ayah yang bisa membedakan kedisiplinan di dunia militer dan bagaimana harus bersikap di lingkungan masyarakat sipil.

Eks instruktur Korps Speciale Troepen (KST) atau Pasukan Khusus Belanda itu, setelah berperan "membidani" Kopassus dan jadi komandan pertamanya, sempat dikaryakan di perkebunan.

"Saat dikaryakan di perkebunan, itu salah satu yang saya salut sama beliau. Dia bisa memisahkan antara dua dunia, sipil dan militer. Padahal itu dua karakter berbeda. Kalau di militer, disiplin yang dipakai. Kalau sipil, sopan santun yang dipakai," tutur Heru berkisah kepada Okezone.

Idjon Djanbi disebutkan dikaryakan di perkebunan di sekitar Cukul, Pangalengan, Bandung, Kabupaten Bandung, karena memang dunia itu tidak asing baginya, lantaran sejak kecil sudah jadi anak petani tulip di Belanda.

"Beda perlakuannya oleh bapak kalau ketemu teman-teman militer dan teman-teman sipil di perkebunan. Kalau sama masyarakat sekitar juga hubungannya baik. Terakhir saya ke Cukul 3 tahun lalu untuk nengok rumah yang dulu, kebetulan ada penduduk yang masih ingat bapak di situ," imbuh Ketua Umum Anak Korps Baret Merah (AKBM) tersebut

"Saya tanya sama penduduk, dia masih ingat dengan Pak Idjon. Artinya kan dulu ada kesan tertentu. Ternyata memang dulu sering tuh, para pemetik teh di sana dikasih jas hujan sama bapak. Sama penduduk sipil, katanya penduduk situ, bapak orangnya santai, cuek, enggak ada militer-militernya sama sekali," tandasnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search