Pesatnya perkembangan teknologi tidak hanya berpengaruh pada penggunaan alat atau sistem dalam melakukan interaksi antar individu maupun kelompok. Budaya yang merupakan bagian dari karya intelektual nenek moyang sejak zaman kuno juga ikut dipaksakan, diboyong menjadi kemasan modern.
Cerita dongen atau legenda misalnya, entah menerima atau tidak, namun masyarakat yang menikmati nyatanya ikut hanyut mengikuti kemasan yang disuguhkan. Mereka tidak protes, atau menolak tayangan itu.
Seperti pada cerita legenda atau dongen tentang Roro Jonggrang yang pernah ditfilmkan beberapa waktu lalu. Mana mungkin di zaman Roro Jonggrang sudah ada mobil, atau berkomunikasi menggunakan telpon genggam? Namun karena ini hanya berorientasi pada hiburan semata, tidak ada aturan yang melarang.
Pada zaman dulu, dongen tidak sekadar cerita bualan yang bisa membuat pendengarnya gembira, terharu, atau tertawa terbahak-bahak jika menemukan alur cerita yang lucu. Namun sebuah kearifan lokal yang memberikan nilai-nilai kehidupan, agar bagaimana si penikmat bisa mengambil makna dari isi cerita tersebut.
Dongen atau legenda adalah ajaran kebaikan, yang selalu memunculkan bahwa seseorang yang jahat atau menyimpang dari kodrat-irodat sebagai manusia, pasti akan menemukan hukuman, entah kutukan, atau sesuatu yang berakibat buruk, setimpal dengan perbuatannya.
Seperti halnya dalam cerita legenda asmara Sangkuriang dengan Dayang Sumbi. Legenda rakyat Jawa Barat yang sudah sangat populer, dan dipercaya hingga saat ini masih petilasannya ini, bermula dari seorang perempuan yang cantik jelita bernama Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi hidupnya terasing di sebuah hutan bersama seekor anjing bernama Tumang.
Awalnya Dayang Sumbi adalah seorang putri raja yang tinggal di Istana bersama ayahnya yang bernama Raja Sumbing Perbangkara. Karena kecantikannya yang sangat termasyhur, ia menjadi rebutan raja-raja dari berbagai penjuru negeri.
Kecantikannya ini juga sempat menumbulkan kekacauan, karena terjadi perang antara raja-raja yang memperebutkan Dayang Sumbi. Mengetahui hal ini Dayang Sumbi akhirnya meminta izin ayahnya untuk mengasingkan diri dari istana agar tak lagi terjadi peperangan untuk memperebutkan dirinya. Sang ayah kemudian mengizinkannya dan memberikan Tumang si anjing pemburu sebagai penjaga. Lalu, pergilah Dayang Sumbi mengasingkan diri jauh ke dalam hutan bersama Tumang si anjing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar