TIGA partisi dari Persemakmuran Polandia-Lithuania pada paruh kedua abad ke-18, telah dihapus dari peta sebagai salah satu negara bagian terbesar di Eropa yang dibangun oleh Rusia, Prusia (sebelumnya bagian dari kerajaan bangsa Jerman), dan Austria. Hal ini kemudian menandai berakhirnya keberadaan Polandia sebagai negara otonom.
Akan tetapi, ada satu hal yang tidak bisa dipecah oleh Rusia, Prusia, dan Austria yaitu semangat orang-orang Polandia yang menginginkan kebebasan di atas segalanya. Dalam Kongres Wina pada 1815, organisasi sosial dan patriotik Polandia dihapuskan. Kemudian pada 1829, Nicholas I dari Rusia menobatkan dirinya sebagai Raja Polandia dan memprovokasi ketegangan besar.
BERITA REKOMENDASI
Hal tersebutlah yang kemudian memicu pemberontakan bersenjata dari rakyat Polandia terhadap pemerintahan Nicholas I. Pemberontakan yang terjadi pada 29 November 1830 itu menjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Polandia. Setelah hampir setahun bertempur, Angkatan Darat Kekaisaran Rusia akhirnya mengakhiri pemberontakan pada 5 Oktober 1831.
Selama periode pemberontakan, banyak kisah tentang kepahlawanan orang-orang Polandia dengan tekad juang yang kuat. Salah satunya adalah seorang perempuan bernama Emilia Plater. Lahir pada 13 November 1806 di Vilnius (Wilno) dari keluarga Polandia-Lithuania, Emilia dibesarkan di Latvia oleh kerabat jauhnya, Michal Plater Zyberk dan Izabela Helena Syberg zu Wischling, setelah orangtuanya berpisah pada 1815.
Emilia muda menerima pendidikan yang bagus dan dibesarkan untuk menghargai darah Polandia yang mengalir di tubuhnya. Pada awal menempuh pendidikan, ia sempat tertarik pada bidang sastra. Emilia bahkan mengagumi filsuf Ohann Wolfgang von Goethe dan Friedrich Schille serta pahlawan perang kemerdekaan Yunani, Bouboulina, pahlawan perang Usmani-Polandia Anna Dorota Chrzanowska.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar