Jauh di dalam lubuk jiwanya, Ulfa yakin bahwa Teguh Livrianto masih hidup. Belahan jiwanya yang telah pergi selama 16 tahun sejak 2001 itu mungkin malu. Mungkin pula, takut hendak kembali kepada istri dan anak-anaknya.
Atau, kalaupun sudah meninggal, Ulfa dan anak-anaknya berharap segera tahu di mana pusara suaminya. "Sekarang mau menabur bunga juga nggak tahu makamnya di mana," papar dia. Bayangan suaminya bagaikan terbang bersama angin.
Sakit hatikah Ulfah ditinggal begitu saja? Perempuan 52 tahun tersebut ternyata punya hati seluas samudra. Jiwanya pemaaf. Hingga saat ini, dia tidak pernah menyuntikkan kisah yang bisa memunculkan benci di hati anak-anak kepada ayah mereka. Tidak ada amarah, lebih-lebih dendam. "Segala kenangan tentang suami tidak pernah saya buang," ungkapnya.
Barang-barang Teguh tetap disimpan lengkap. Termasuk baju dinasnya. Dalam memori Ulfa, tidak ada kenangan yang buruk. Semuanya baik. "Nanti foto-fotonya juga bisa untuk cerita ke anak cucu," ungkap perempuan yang tinggal di Desa Tambak, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, tersebut.
Ada dua album foto yang berisi sosok Teguh di masa lalu. Dia mengenakan seragam polisi. Ada potret saat Teguh mengajak Bagus, anak ketiga mereka, berekreasi ke Taman Remaja Surabaya. Itu terjadi pada 1995. Ada pula foto saat Ulfa dan Teguh mengajak Galuh, si bungsu, yang masih berusia 2,5 tahun berwisata ke Monas. Dalam album itu, mereka tampak tertawa begitu bahagia. Utuh sebagai satu keluarga.
"Orangnya (Teguh, Red) memang sabar, baik, dan banyak teman," ungkapnya. Ada satu lagi hal istimewa dari sosok Teguh. Setiap kali Ulfa habis melahirkan, dialah yang mencuci popok bayi. Itu dilakukan sebelum berangkat kerja. Selama 40 hari. Karena itulah, hampir tidak ada yang percaya bahwa Teguh menghilang begitu saja karena suatu sebab neko-neko.
Meski begitu, Ulfa merasa harus segera memulai hidup baru. Lebih baik melepaskan memori kelam tentang satu orang. Bukan untuk mencari suami pengganti. Dia justru menatap tantangan yang teramat berat: menjadi ibu sekaligus ayah bagi keempat anaknya. "Anak-anak tidak boleh telantar. Mereka harus sekolah tinggi," tambahnya.
Putra sulungnya, Bayu Firmansyah, menjadi saksi betapa sang bunda begitu keras memeras keringat demi menghidupi diri dan adik-adiknya. Saat Bayu lulus SMA, Ulfa benar-benar gelisah. Putranya itu ingin berkuliah di Jurusan Marketing STIE Perbanas.
"Saya bingung dari mana biayanya," tutur Ulfa. Tanpa pikir panjang lagi, dia merelakan satu-satunya gelang emas seberat 25 gram untuk dijual demi membayar biaya pertama masuk kuliah.
Bagaimana biaya selanjutnya? Menurut Ulfa, tidak mungkin dirinya mengandalkan bayaran seorang guru. Sejak saat itu, dia getol mencari penghasilan sampingan. Mulai berjualan kue hingga bunga. Kala ada pesanan kue, Ulfa membeli bahannya saat berangkat mengajar. Lalu, mengolahnya menjadi kue pesanan sepulang mengajar.
Ulfa benar-benar perempuan perkasa. Sekalipun tidak pernah berkata kepada anak-anaknya bahwa dirinya tidak punya uang. Dia tidak ingin Bayu dan adik-adiknya risau. "Saya ingin mereka menuntut ilmu dengan tenang," tambahnya.
Saat ini, Bayu Firmansyah sudah menjadi pengusaha di Gresik. Anak keduanya, Aisyatus Surura, mengikuti jejak sang ibu menjadi seorang guru. Anak ketiga, Bagus Ibnu Faqih, sudah lulus D-3 Politeknik Perkapalan di ITS. Bagus tengah berencana melanjutkan studi S-1. Adapun si bungsu, Galuh Putra Pamungkas, duduk di kelas XII salah satu SMA di Bawean.
Ketegaran Ulfa menurun kepada anak-anaknya. Salah satunya Bagus. Saat masih duduk di kelas XI, dia terpilih sebagai ketua OSIS di sekolahnya. Padahal, dia ditinggal ayahnya sejak masih kecil. "Bagus itu hebat. Dia bisa jadi panutan," ungkap Saidatul Adawiyah, 25, tetangga dan teman SMA Bagus.
Meski hidup sendiri sejak 2001, Ulfa baru resmi menjanda pada 2011. Memang, pengalaman pahit ditinggalkan begitu saja oleh suami tidak membuat Ulfa menutup hati. Ada juga lelaki yang menghampiri. Banyak pula janji-janji. Namun, dia sangat berhati-hati.
"Menikah itu tidak semudah membalik telapak tangan. Bagi saya, materi tidak penting. Karena uang tidak menjamin kebahagiaan," terang pendidik yang pernah menjadi Kasek SDN Gili Noko itu. Ulfa ingin lelaki yang memikat hatinya benar-benar sosok yang setia. Juga bertanggung jawab. "Meski nggak tahu kapan, suatu saat semua ini akan indah pada akhirnya," ucapnya.
Bagaimana soal Teguh? Satu hari nanti, kata dia, sang mantan mungkin datang mengetuk pintu. Ulfa berjanji membukanya lebar-lebar. Dia mempersilakan Teguh menengok anak-anaknya yang telah 16 tahun dilupakan. Namun, Ulfa tidak lagi membuka hatinya untuk lelaki itu.
Pendidik yang kini menjabat kepala SDN 2 Patar Selamat itu mengaku sudah berdamai dengan takdir. "Kalau dia datang, silakan, nggak apa-apa. Tapi, kalau diajak kembali, saya nggak mau," tegas Ulfa. (*/c6/roz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar