Minggu, 09 April 2017

Kisah Nenek Penyelamat Wanita dari Budak Seks Tentara Jepang

Liputan6.com, Johor Baru - Di masa penjajahan Jepang di Asia Tenggara di masa Perang Dunia, banyak remaja belasan tahun dijadikan budak seks oleh tentara dari Negeri Matahari Terbit itu.

Tak terkecuali remaja di Malaysia kala Jepang mengokupasi Negeri Jiran. Mereka kerap menyamar jadi pria agar tak dijadikan budak seks oleh tentara Jepang.

Namun, tidak bagi Yap Chwee Lan. Ia tetap menjadi perempuan dan justru menyelamatkan gadis-gadis remaja di Kampung Baru, Johor jadi cengkraman budak seks tentara Jepang.

"Tiap hari, sekitar tujuh hingga delapan remaja dari kawasan akan mendatangi rumahku karena merasa aman di situ. Mereka tahu, aku bisa fasih berbahasa Jepang," kata Yap yang kini berusia 90 tahun.

"Tentara Jepang akan datang dan mengetuk pintu sambil bertanya ada gadis remaja atau tidak. Dan aku merespons, 'kenapa Anda butuh perempuan? Anda butuh pembantu?' Mereka sangat terkejut karena aku bisa berbahasa Jepang," lanjutnya lagi seperti dikutip dari Asia One Minggu, (9/4/2017).

Yap belajar bahasa itu dari mantan majikannya asal Jepang yang menjadi penata rambut di Johor. Saat itu, Yap yang masih berusia 13 tahun dengan cepat menyerap bahasa Jepang dan diperlakukan dengan baik oleh majikannya sekeluarga.

Kefasihan Yap dalam bahasa Jepang membuatnya dihormati oleh Tentara Jepang kala mereka tengah menjajah Malaysia. Perempuan biasa itu memiliki kekuasaan berkat kemampuannya itu, yaitu bisa menyelamatkan orang lain.

Dia  menyelamatkan para tetangganya di Kampung Baru Johor dengan mengidentifikasi mereka kepada tentara Jepang yang bersiap membunuh mereka karena dianggap berkhianat atau membantu musuh.

Saat remaja, Yap yang ditinggal ayahnya meninggal dunia di usia 7 tahun harus bekerja karena miskin.

Ia menikah di usia 15 tahun dan tinggal bersama suaminya Chiew Seng Leung di toko laundry mereka di Kedai Dobi Shanghai, Johor Baru. Dua hari setelah mereka menikah, Jepang mulai mengebom Singapura.

Pesawat tempur Jepang, yang berbasis di Johor, akan terbang melintasi ke Singapura dua kali sehari untuk mengebom negara tetangga. Saat Jepang menyerang Singapura, banyak orang berjalan ke Johor untuk mencari keselamatan.

Yap dan keluarganya dievakuasi ke Tampoi. "Kami mengemas makanan dan pakaian, dan membawanya dengan sepeda suami saya. Saat kami berjalan ke Tampoi, kami dihentikan oleh seorang tentara karena ia ingin sepeda kami. Saya mengatakan kepadanya dalam bahasa Jepang bahwa sepeda itu milik kami dan ia membiarkan kami berlalu, " kata Yap.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search