Jumat, 07 April 2017

Menyusuri Kisah Inspiratif 10 Pemimpin Perempuan

-- Ketika akan menyerah, pikirkan kembali alasan kenapa di awal melakukannya. Terdengar klise, tetapi kutipan ini menjadi pegangan bagi Ligwina Poerwo-Hananto. 

Pendiri dan CEO QM Financial itu mengatakan kutipan itulah yang kerap memberinya kembali semangat untuk terus maju ketika dirinya menghadapi banyak tantangan dan hambatan. 

"Pernah suatu ketika saya mentok. Suami bilang, sudah berhenti saja, tapi saya bilang nggak bisa, ini yang saya inginkan, pikirkan big purpose-nya apa," kata Wina, di sela-sela peluncuran buku 'Perempuan Pemimpin' yang disusun Betti Alisjahbana, di Jakarta Selatan pada Rabu (5/4). 

Wina menjadi satu dari sepuluh pemimpin perempuan yang kisah inspiratifnya dirangkum dalam buku tersebut. Selain dia, ada Atiek Nur Wahyuni (CEO Trans Media Grup), Intan Abdams Katoppo (Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour 2011-2015), Mira Amahorseya (Direktur Utama PT Sarinah 2012-2014), dan Mira Lesmana (Produser dan Founder Miles Films).

Lalu, ada juga kisah Nurhayati Subakat (Founder dan CEO PT Paragon Technology Innovation/Wardah Cosmetics), Shinta Dhanuwardoyo (Founder dan CEO PT Bubu Kreasi Perdana), Suzy Hutomo (Founder dan CEO The Body Shop Indonesia), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya) dan Yani Panigoro (Direktur Medco Holding). 

"Setengah penduduk Indonesia itu perempuan, dengan potensi itu, kita bisa maju kalau bisa memanfaatkan," kata Betti, yang merupakan pendiri QB Leadership Center sekaligus mantan CEO IBM Indonesia. 

Betti melihat potensi perempuan-perempuan Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan. Untuk itulah ia ingin berbagi inspirasi melalui bukunya 'Perempuan Pemimpin' tersebut.

Sebenarnya, kata Betti, ada banyak perempuan hebat di Indonesia tetapi ia memilih kesepuluh CEO ini dengan pertimbangan soal kontribusi mereka baik untuk keluarga, organisasi maupun masyarakat sekitar.

"Mereka adalah orang yang peduli kepada kemajuan masyarakat jadi tidak sekedar berkarier untuk kepentingan uang, tapi kontribusi baik keluarga atau organisasi di mana pun mereka berada dan kepada masyarakat luas," tutur Betti.

Buku ini, lanjut Betti, tidak hanya ditujukan bagi perempuan, tetapi juga bagi laki-laki yang ingin membangun organisasi ramah perempuan. Menurutnya, memanfaatkan kemampuan perempuan adalah hal strategis di mana kesuksesan perusahaan tergantung dari sumber daya manusia yang bagus.

Kisah sukses 

Wina menambahkan, dalam menuju tampuk pimpinan, perempuan bebas memilih. Pilihan tentu disertai dengan konsekuensi, tapi masih banyak perempuan yang menjadikan keperempuanannya sebagai alasan.

Ia memberikan contoh di perusahaannya. Perusahaan QM Financial punya sekitar 80 persen karyawan perempuan. Wina musti menghadapi segala problem karyawan perempuannya yang kerap memberikan alasan untuk tidak masuk kerja.

Mulai dari anak sakit, sedang hamil, dan keluarga sakit. Wina pun membuat kebijakan sedemikian rupa sehingga para karyawannya tidak lagi membuat alasan. Kantor punya fasilitas kulkas untuk menyimpan asi bagi karyawan yang menyusui. Bahkan, ada hari cuti keluarga sakit.

"Setop the drama. Jangan jadikan keperempuanan itu alasan. Kita bebas memilih, tapi tidak bebas dari konsekuensi. Setop bikin alasan," tandasnya.

Lain cerita Wina, lain pula kisah Atiek Nur Wahyuni, CEO Trans Media Group yang juga turut hadir dalam peluncuran buku. Atiek mengatakan kesabaran dan konsistensi menjadi kunci ia mampu bertahan dan mencapai posisinya sekarang.

Kariernya dimulai dari account executive di RCTI pada 1989. Pada 2000, ia pindah dan menjadi Kepala Divisi Marketing dan Sales di Trans TV. Di perusahaan ini kariernya terus menanjak naik hingga menjadi Direktur Utama Trans 7 pada 2008. Sejak Trans Media mengakuisisi Detikcom pada 2010, Atiek, sapaan akrabnya, didapuk sebagai Direktur Marketing dan Sales. Dua tahun kemudian, ia dipercaya menjabat sebagai Direktur Utama Trans TV.

"Perlu kesabaran dan konsistensi. Konsisten untuk mau jadi nomor satu. Ketika kita punya target untuk jadi nomor satu, kalau tidak berhasil, jatuh ya hanya di nomor tiga atau lima," kata Atiek. 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search