Jumat, 02 Juni 2017

6 Kisah Korban Penculikan yang Menolak Untuk Menyerah

Lydia Tillman seorang perempuan berusia 30 tahun kala itu sedang menuju arah pulang setelah menonton pesta kembang api. Selama perjalanan ia sempat merasa gelisah sebab tengah diikuti oleh seorang pria yang tidak dikenal.

Ternyata pria asing tersebut memiliki niatan jahat terhadap dirinya. Pria asing itu memaksa untuk masuk ke dalam apartemennya dan menyerang Lydia secara brutal.

Setelah mendapat prilaku kekerasan seksual ia juga mendapat kekerasan fisik. Perbuatan keji pria itu tak berhenti di situ saja. Ia menyiram tubuh Lydia dengan pemutih dan membakar kamar tidurnya.

Lydia Tillman (Photo Capture by Andy Buck)

Lydia terbaring, seolah tak berdaya. Bahkan ia mengira dirinya sudah meninggal. Saat sadar ia mencoba melepaskan diri dari ruangan penuh asap tersebut. Ia berhasil keluar ruangan untuk menghindari jilatan si jago merah yang sudah menyebar.

Lydia betul-betul mendapat kekerasan fisik yang sangat parah. Terdapat beberapa darah beku di bagian tubuhnya. Setelah berhasil dilarikan ke rumah sakit, Lydia mengalami stroke parah.

Pihak medis mengira usia Lydia tak panjang lagi. Ia dianggap akan meninggal dunia akibat luka cedera yang sangat parah. Dokter menggambarkan keadaan Lydia seperti orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan sabuk pengaman.

Lydia mengalami koma lebih dari lima minggu. Saat terbangun ia benar-benar kehilangan kemampuan bicaranya karena tingkat cedera otak yang parah.

Polisi menemukan barang bukti berupa DNA pelaku yang menempel di bawah kuku Lydia. Travis Forbes dicurigai sebagai pelaku tindak kekejaman tersebut.

Dalam pengadilan, ayah Lydia membacakan sebuah pernyataan yang ditulis sendiri oleh anaknya di hadapan hakim dan jaksa. Isi surat menyatakan bahwa Lydia memaafkan tindakan keji Forbes.

Lydia menulis : "Travis Forbes, Anda sama sekali tidak membahayakan saya. Semangat jiwaku, pikiranku, sama sekali tak tersentuh."

Lydia juga menuliskan bahwa memaafkan itu jauh lebih mudah dibanding harus menahan kemarahan. Melalui kekuatan dan kerja kerasnyalah akhirnya kondisi Lydia perlahan-lahan mulai membaik dan dapat berbicara seperti sedia kala.

Ia hanya ingin menikmati hidup sebanyak mungkin dan berharap orang lain juga akan menyukainya.

Lydia kemudian menjelaskan, "Saya percaya Travis Forbes bertindak karena rasa takut dan benci dalam dirinya. Saya memilih untuk terus mengasihi dan memberi kedamaian. Dengan itu saya pasti menang. Saya berharap Forbes akan menemukan kedamaian dalam hidupnya."

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search