Minggu, 18 Juni 2017

Ajang Tukar Kasih dan Kisah

PROKAL.CO, FENOMENA mudik nyatanya bukan hanya terjadi di Indonesia, ramai-ramai kembali ke kampung halaman lazim dilakukan masyarakat urban. Bangladesh juga memiliki budaya mudik. Terminal bus dan stasiun kereta api negara kawasan Asia Selatan tersebut pasti padat oleh kerumunan masyarakat di hari jelang Lebaran. Sementara itu, negeri jiran, Malaysia, juga karib dengan kebiasaan tersebut, namanya pulang kampong. Warisan itu diperingati kala Idulfitri dan Imlek.

Menanggapi itu, Sabiruddin, akademisi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, mengatakan bahwa fenomena mudik sebagai bentuk dari ekspresi sosial masyarakat dan umat beragama. Meskipun tidak ada catatan sejarah kapan pertama kali mudik dilaksanakan, dirinya menganggap, kebiasaan tersebut terjadi karena rasa rindu kampung halaman. "Masyarakat Indonesia sering berpindah-pindah tempat tinggal, mudik biasa jadi momentum untuk ingat tempat dia dibesarkan," ujar dosen yang berkonsentrasi ke budaya pop culture tersebut.

Diwawancarai Maskulin Senin pekan lalu, dirinya menyebut, jika kembali berada di kampung halaman setelah satu tahun bekerja di tanah rantau merupakan suatu selebrasi kemenangan seseorang. Sebab, jika dikaitkan dengan konteks sederhana, pemudik dari kota besar cenderung berprofesi sebagai pekerja kantoran sehingga baru memiliki kesempatan libur panjang ketika Lebaran.

"Budaya mudik sangat baik dilakukan untuk berbagi kisah antara pemudik yang ingin membagi pengalamannya selama berada di tanah perantauan," jelasnya kemudian menyambung, tak hanya itu, mudik jadi ajang bagi anggota keluarga untuk menceritakan peristiwa di kampung halaman selama satu tahun terakhir. "Tetapi terkadang dijadikan ajang memamerkan status ekonomi."

Dia mengatakan, tidak jarang seseorang memaksakan diri untuk melakukan mudik dengan beragam barang mewah meski sebenarnya belum memungkinkan dari faktor finansial. Jangan sampai justru berutang demi beli sesuatu yang akhirnya memberatkan diri sendiri. "Utamakan kebersamaan dibanding rasa ingin dapat pengakuan dari warga kampung," katanya menekankan.

Sabir menambahkan, butuh kesadaran kolektif untuk membuat budaya populer baru, di mana masyarakat dapat pulang ke kampung halaman tanpa beban wajib memperlihatkan status sosialnya lebih baik dari sebelumnya. Meski memerlukan waktu, cara termudahnya bisa dimulai dari keluarga di kampung halaman agar tidak terlalu berharap banyak dapatkan oleh-oleh. Jadi, pemudik dapat pulang tanpa rasa tertekan. "Sebab, tujuan dasar mudik adalah merajut kembali tali silaturahmi yang sempat renggang setahun terakhir," pungkasnya. (*/kuh/*/ypl/k16)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search