Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan keras dan minimnya perhatian orangtua, membuat anak-anak di Rusun Marunda, Jakarta Utara, lekat dengan kegiatan negatif. Kebiasaan buruk seperti merokok, ngelem, nonton video porno dan berkata-kata kasar, menjadi hal yang biasa dilakukan.
Namun, kebiasaan buruk tersebut bukan berarti tak bisa diubah. Anak-anak Rusun Marunda yang berasal dari sejumlah tempat gusuran, sebagaimana anak-anak di DKI Jakarta lainnya, juga bisa hidup normal dan berprestasi.
Adalah Ronny Angki Kapojos. Pria dengan anting di telinga ini bertekad mengubah cara hidup negatif anak-anak Marunda dengan pendekatan humanis. Caranya, melalui dunia olahraga, sepak bola. Sebuah olahraga universal yang digemari semua kalangan.
Anak-anak usia 6 hingga 16 tahun di Rusun Marunda yang energinya melimpah namun tak tersalurkan, diajak bergabung dalam sebuah tim sepak bola. Mereka masuk sesuai kelompok umur masing-masing, dari U-6 hingga U-16. Ronny memberi nama tim dengan sebutan Jaguar FC Marunda sejak tiga tahun lalu (2014).
Dia mendatangkan sejumlah pelatih lokal untuk menggembleng mental anak-anak Marunda tersebut. Total, kini 'sekolah' yang dibentuknya mempunyai anggota aktif 200-an. Mereka biasa bermain di lapangan di sekitar rusun.
Ronny menyatakan, sepakbola hanya sebuah alat. Menurut dia, tujuan utama dari semua itu adalah pembinaan karakter anak-anak rusun hingga ke depan mereka bisa berprestasi dan berguna untuk bangsa.
"Sepakbola mengajarkan persaingan, sportifitas, kerja sama dan prestasi. Nilai-nilai itulah yang kita ingin tanamkan ke anak-anak," ujar Ronny di sekolah National High Jakarta School (NHJC), Kamis (15/6/2017).
Ronny menyatakan, tidak mudah mengubah perilaku negatif anak-anak rusun. Lingkungan keras dan minimnya perhatian orangtua, membuat anak-anak ini cenderung liar.
"Para orangtua sudah merasa cukup dengan memberi makan dan sekolah alakadarnya. Padahal kasih sayang dan kebersamaan sangat mereka butuhkan," kata dia.
Untuk mengatasi keliaran anak-anak tersebut, Ronny pun menggunakan pendekatan kekeluargaan. Nongkrong bareng, ngobrol dan berbagi cerita biasa dia lakukan, baik di sela latihan maupun di rumahnya.
"Saya dekati mereka satu-satu, ajak ngobrol. hingga akhirnya kita pun dekat. Mereka bahkan memanggil saya papi," ujar dia.
Pelan tapi pasti, kebiasaan-kebiasaan buruk anak-anak Rusun Marunda kini mulai hilang. Bola telah menjadi bahasa universal bagi mereka. Melalui olah si kulit bundar, kepercayaaan diri anak-anak Marunda mulai terbangun.
Bersama tim, mereka mulai menorehkan sejumlah prestasi. Terbaru tim mereka juara 3 dalam kejuaraan futsal se-Jakarta Utara. Mereka juga juara di acara Jambore DKI baru-baru ini.
"Sekarang selain perilaku yang berubah, di rumah-rumah mereka juga terisi piala," ujar Ronny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar