Minggu, 22 Mei 2016

Ini Sejarah Asal Usul Pulau Lakkang Makassar

PULAU Lakkang yang terletak di Kecamatan Tallo Makassar punya cerita tersendiri. Pulau yang dihuni 273 kepala keluarga ini ternyata telah berganti nama dari aslinya. 

Dg. Nyampa, salah seorang warga asli Pulau Lakkang mau berbagi cerita unik terkait sejarah dan cerita yang selama ini terpelihara dari mulut ke mulut di Pulau Lakkang.

Pria paruh baya ini menyambut penulis dengan ramah. Di bawa rumah panggung miliknya, Dg Nyampa memulai kisah Pulau Lakkang yang turun temurun diceritakan orangtuanya. 

Dg. Nyampa adalah Kepala Dewan Adat Sekaligus Keturunan ke-3 dari Dg. Rilakkang. Dg. Rilakkang adalah kakek buyutnya. Menurut cerita masyarakat pulau, asal usul nama pulau tersebut diambil dari nama kakek buyut Dg. Nyampa ini. 

"Nama pulau lakkang diambil dari nama Dg. Rilakkang. Asal-usul sebutan nama pulau ini dari nama beliau hingga sampai saat ini," ujar Dg. Nyampa, Minggu (22/5/2016). 

Menurut cerita orangtuanya yang wafat beberapa puluh tahun yang lalu, Pulau Lakkang awalnya disebut Pulau Bonto Mallangere'. Tepatnya pada abad ke-14.

Bonto Mallangere' memiliki arti pendengaran yang tajam dan jeli.  Kisah itu pun melekat. Bahwa masyarakat di Pulau Lakkang dulunya memiliki kelebihan dengan mampu mendengar hingga berpuluh-puluh kilometer jauhnya.

"Bonto Mallangere', menurut orang tua dulu. Seluruh penduduk pulau ini mampu mendengar berbagai aktivitas yang berada di luar (kota Makassar). Bahkan mampu mendengar berbagai siasat perang untuk menyerang warga pulau disini," kata Dg. Nyampa. 

Menurut ceritanya, Pulau Lakkang yang dulu disebut dengan Pulau Bonto Mallangere' merupakan lokasi yang dihuni oleh warga yang sangat cinta damai dan sangat tentram. 

Hal tersebut dikarenakan letaknya yang cukup jauh dari pusat kota Makassar kala itu. "Dulunya sangat damai, namun hal  tersebut terjadi saat pasukan Gerilyawan, yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar mengusir warga yang ada disini hingga akhirnya petumpahan darah pun terjadi. Setelah beberapa lama, Pasukan Indonesia dari Jawa membatu dengan memberantas gerilyawan tersebut," katanya. 

Setelah penumpasan gerilyawan oleh TNI, warga pulau Bonto Malanngere' yang dipimpin oleh Dg. Rilakkang kembali membangun rumah yang telah rata dan diporak-porandakkan oleh gerilyawan.

Meski tidak membantu para tentara Indonesia, namun Saat itu, Dg. Rilakkang berkontribusi besar dikarenakan mampu mengarahkan para penduduk untuk mengungsi di tempat yang aman yang dijadikan lokasi persembunyian. 

"Saat itu dia kabur bersama warga bukan berati takut, dia punya ilmu yang sakti. bahkan kulitnya pun tidak bisa tembus peluru. Tapi yang dikhawatirkannya karena warga tidak ada yang punya ilmu, jadinya diselamatkan semua dengan cara melarikan diri," tambahnya. 

Setelah membawa kembali penduduk pulau, desas desus warga mulai terdengar untuk menjadikan Dg. Rilakkang sebagai pemimpin di pulau Bonto Mallangere'. Akhirnya, beberapa tahun kemudian, pulau yang dulunya disebut dengan Pulau Bonto Mallangere' berubah menjadi Pulau Rilakkang sesuai dengan kesepakatan warga yang ada disana. 

"Setelah itu, beberapa tahun kemudian, ditunjuklah Dg. Rilakkang sebagai pemimpin. Sesuai dengan keinginan warga di sini, pulau Bonto Mallangere' berubah nama menjadi pulau Lakkang yang diperoleh dari nama Dg. Rilakkang," ucapnya. 

Menurut cerita yang didengar dari sebagian warga, Dg. Rilakkang merupakan salah satu saudara Raja Tallo pada saat itu. Namun, dia memilih untuk tidak memegang tahta dan pergi meninggalkan singgasanaya. Namun tidak ada yang tahu mengenai maksudnya pergi melepas tahtanya sebagai pangeran. 

Dg. Rilakkang, yang terkenal akan jasanya ini terpikat oleh salah seorang wanita yang dipanggil dengan sebutan "Tau Sanna Kalumanyang ri Marusu", yakni berati orang terkaya di Kab. Maros.

"Kalau namanya saya kurang tau siapa, tapi orang biasa bilangnya Tau Sanna Kalumanyang ri Marusu'" tambahn Dg. Nyampa'.  

Kisah percintaan dua sejoli ini bisa kita liat di area pekuburan Pulau Lakkang. Di sana terlihat Makam berwarna hijau yang ditutupi atap dari besi tipis. Di dalam makam tersebut terlihat 2 kuburan yang dianggap sebagai Dg. Rilakkang dan istrinya "Tau Sanna Kalumanyang ri Marusu". 

Nampak pula dibagian sisi kuburan, yang dipercaya sebagai pengawal yang menjaga 2 pasangan tersebut. 

"Kalau mauki tauki istrinya, ada itu patung kuda yang dinaiki sama cewek di perbatasan kab. Maros?, Itumi dia Tau Sanna Kalumanyang ri Marusu," pungkasnya.

Untuk mencapai Pulau Lakkang, dibutuhkan waktu kurang lebih 25 menit dengan menaiki rakit di dermaga kera-kera, Kecamatan Tallo Makassar. 

Para pengunjung bisa juga menyaksikan secara langsung banker peninggalan Jepang yang dipercaya dijadikan sebagai tempat persembunyian tentara jepang kala perang. 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search