Selasa, 13 Juni 2017

Kisah di Balik Surat Kepala Sekolah di Bantul yang Menyentuh Hati

Ilustrasi siswa SD

Ilustrasi siswa SD (Foto: Dok. Biro Sespres)

Surat dari kepala sekolah SD Mutiara Persada di Bantul, Yogyakarta, Suwarsana, viral di media sosial pekan lalu karena isinya yang inspiratif.

Surat yang ditujukan untuk para orang tua murid kelas 6 SD itu, mengingatkan para orang tua bahwa nilai ujian anak bukan satu-satunya patokan untuk menentukan kesuksesan anak di masa depan.

Sebelum menulis surat tersebut, Suwarsana, ternyata mengaku pernah kecewa saat nilai kelulusan anaknya, Aini, tak sesuai dengan harapannya.

Sekitar dua tahun lalu, putri keduanya itu lulus SMP dengan nilai kelulusan (NEM) 36. Angka tersebut, kata Suwarsana, tak bisa membawa anaknya lolos masuk SMAN 1 Yogyakarta, sekolah teladan terbaik di sana.

"Saya selaku orang tua punya anak yang sekolah ketika lulus SMP, biasalah menginginkan anaknya dapat nilai yang terbaik, menginginkan anaknya sekolah di SMA favorit, tapi hasilnya tidak sesuai harapan saya, saya kecewa," ujar Suwarsana kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (13/6).

"Anak saya 36 NEM-nya waktu itu, tanggung. Kalau mau masuk SMA 1 Yogyakarta yang teladan itu harus 38 atau 39. Seperti kakaknya itu kan masuk SMA teladan," imbuh dia.

Suwarsana pun tak mampu menyembunyikan raut wajah kecewanya di depan Aini. Remaja pemilik nama lengkap Nurazizah Maraini itu pun mengucapkan permintaan maaf kepada ayahnya dan meminta sang ayah untuk menghargai usahanya meraih nilai tersebut.

"Pas saya kecewa, anak saya tahu kalau saya enggak berkenan. Terus dia bilang 'Pak tolong dihargai usaha anaknya' sambil menangis. Saya terenyuh, dan itu yang ternyata awal mula inspirasi saya menulis surat itu," kata Suwarsana.

Aini melanjutkan sekolahnya ke SMAN 7 Yogyakarta. Dua tahun berlalu, namun kalimat yang diucapkan Aini itu masih terus terngiang di benak Suwarsana. Hingga sekitar dua bulan lalu, Suwarsana mendapat broadcast message dari media sosial yang isinya senada dengan rasa sesalnya karena pernah kecewa dengan Aini.

"Saya enggak tau broadcast message itu yang nulis siapa, menyebar saja gitu. Kalau enggak salah kasus bunuh diri siswa (karena tak lulus) itu yang buat message itu ramai. Saya ngerasa (message) itu cocok sekali dengan suasana hati yang saya rasakan. Emosionalnya sesuai," ungkap Suwarsana.

"Lalu saya berpikir, mengapa kok tidak saya tulis ulang dengan bahasa saya dan saya sebarkan saja ya. Biar orang lain mengerti dan terilhami seperti saya. Itu yang bekerja kepekaan emosional saya," imbuhnya.

ilustrasi Siswa USBN

Ilustrasi siswa mengerjakan USBN. (Foto: ANTARA/Basri Marzuki)

Suwarsana pun menulis dan mencetak surat itu dan meminta pendapat para guru sebelum memberikannya kepada para wali murid pada 9 Juni, bertepatan dengan hari pengumuman kelulusan siswa kelas 6 SD. Para guru di SD tersebut menyambut baik ide Suwarsana.

"Ya saya tuliskan, saya nulisnya pas mau ujian sebelum pengumuman kelulusan ujian. Saya merasa saya kepala sekolah, harus bertanggung jawab terhadap sekolah, maka pesan itu saya tulis dan saya tambahi beberapa kalimat. Kemudian saya koordinasi dengan teman-teman guru minta pertimbangan kalau dikasih ke wali murid bagaimana, kata mereka 'wah bagus pak'," jelasnya.

"Lalu ya sudah pas pengumuman kelulusan sama pembagian NEM saya kumpulkan wali murid, saya jelaskan hasil ujian secara menyeluruh dan menerangkan bahwa pihak sekolah sudah berusaha maksimal mempersiapkan para murid untuk menghadapi ujian, dan di akhir pidato sebelum saya umumkan kelulusan anak-anak, saya bilang 'Pak, Bu, ini ada surat cinta dari saya' lalu saya kasih surat itu tadi," lanjut Suwarsana.

Surat Kepsek SD Bantul

Surat Kepsek SD Bantul (Foto: Dok. SD Mutiara Persada)

Tak sedikit wali murid, kata Suwarsana, yang terharu dengan isi surat tersebut. Beberapa di antara mereka bahkan berterima kasih kepada Suwarsana.

"Saya ingin mengubah pandangan orang tua bahwa yang namanya kesuksesan, tidak hanya ditentukan oleh nilai. Biar orang tua enggak memandang sebelah mata hasil ujian anaknya, karena anaknya pasti sudah berusaha semaksimal mungkin. Saya kalau ingat kejadian dua tahun lalu itu masih sedih menyesal," ungkapnya.

Saat surat cinta Suwarsana viral di media sosial, ayah tiga anak itu pun langsung menceritakannya kepada Aini.

"Pas viral, saya tunjukan ke Aini, terus dia baca dan dia nangis, 'saya kan dulu ngomong gitu ke bapak' katanya. Saya engak tau juga dia bisa berpikir kayak gitu kok bisa. Namanya perkembangan anak, mungkin dia lebih dewasa dan bisa berpikir ke depan," jelas Suwarsana.

Menurut Suwarsana, viralnya surat tersebut tak lepas dari berbagai komentar negatif netizen. Tak mau ambil pusing, Suwarsana menganggap komentar-komentar tersebut sebagai kritik untuknya dari masyarakat.

"Kalau ada kritik-kritik, saran, terhadap postingan itu saya enggak masalah, artinya komentar negatif itu juga baik menurut saya. Karena itu artinya saya harus latihan sabar, itu adalah konsekuensi dan pengingat juga agar apa yang saya tulis bisa untuk saya terapkan," jelasnya.

Suwarsana berencana, akan konsisten memberikan surat serupa setiap tahunnya kepada para wali murid saat pengumuman kelulusan.

"Kalau ini baik kenapa tidak, kan wali murid juga sebagian besar pasti berganti orangnya dari tahun ke tahun. Mungkin kalimat di suratnya bisa diubah sesuai kondisi yang sesuai," kata Suwarsana.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search