POJOKSUMUT.com, KINERJA para anggota DPR RI tak terlepas dari kepiawaan peneliti yang menyokong data dari survei yang dilakukan. Poltak Partogi Nainggolan salah satu orang yang mempunyai andil besar. Dia merupakan satu-satunya peneliti yang bergelar profesor di Senayan.
Sore (20/6/2017) itu para pegawai mulai meninggalkan gedung tempat wakil rakyat. Jam dinding menunjukkan pukul 15.00, tanda jam bekerja sudah selesai. Namun, Partogi –sapaan akrab Poltak Partogi Nainggolan– belum beranjak dari kursi kerjanya. Dia masih asyik bekerja di ruang yang penuh buku dan literatur ilmiah itu.
Ruang tersebut cukup sempit. Berbagai macam buku tertata rapi di rak. Bukan hanya buku berbahasa Indonesia dan Inggris, ada pula buku berbahasa Jerman, Mandarin, dan bahasa lain. Di meja kerjanya, terdapat beberapa dokumen penting. Ada pula bundel kertas putih. "Ini naskah buku saya yang mau diterbitkan," ucap dia saat ditemui Jawa Pos pekan lalu.
Naskah itu berjudul Indonesia di Tengah Kebangkitan China, Jepang, dan India. Menurut dia, ada pula naskah buku yang sudah selesai dan akan diterbitkan. Naskah itu berisi tentang ancaman ISIS di Indonesia. Ayah Reynnalda Alisah tersebut sudah menulsi banyak karya ilmiah. Lima buku dia tulis sendiri. Selain itu, ada 15 buku yang dia tulis bersama penulis lain dan puluhan hasil penelitian.
Setiap tahun, papar dia, ada dua penelitian yang dia hasilkan. Misalnya penelitian tentang reformasi parlemen, penguatan fraksi, agenda pembangunan pasca-2015, dan peran parlemen. Dia mendesain bagaimana parlemen yang modern menjadi pusat pembuatan kebijakan. "Namun, tidak semua hasil penelitian dilaksanakan," papar dia.
Sebagai peneliti, tugasnya hanya melakukan riset, lalu hasilnya disampaikan kepada DPR. Entah hasil penelitian dipakai atau tidak, itu sudah menjadi kewenangan anggota dewan. Partogi juga aktif memberikan data kepada panitia khusus (pansus). Salah satunya soal RUU Terorisme. Dia menyokong pansus dengan berbagai data. Misalnya tentang peran TNI dan polisi dalam pemberantasan terorisme, khususnya model penanganan tindak pidana teroris.
Selain Partogi, ada puluhan peneliti yang tergabung dalam Pusat Penelitian DPR. Namun, hanya dia yang bergelar profesor. Dia meraih gelar profesor riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pria yang berulang tahun setiap 26 Juni itu sudah sekira 30 tahun mengabdikan diri sebagai peneliti di DPR. "Saya bertahan di sini karena ingin menjadi saksi sejarah," ucap dia.
Dia masih ingat betul bagaimana sejarah reformasi Indonesia. Gedung DPR-MPR merupakan pusat dari perubahan besar itu. Dia mempunyai andil dalam proses reformasi. Partogi melihat sendiri bagaimana sikap Fraksi ABRI pada detik kejatuhan Presiden Soeharto. Kala itu dia berupaya meyakinkan Fraksi Merah Putih yang diisi para tentara. Caranya, memberikan banyak data. Contohnya, data utang luar negeri, kemiskinan, dan suara rakyat yang menginginkan perubahan.
Fraksi tersebut pun mulai yakin. Bukan hanya itu, dia juga membuka informasi bagi wartawan yang datang. Baik jurnalis Indonesia maupun asing. Partogi memberikan berbagai macam data yang terkait dengan fakta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar