Nana mengaku masuk Islam ketika duduk di bangku SMA. Wanita berdarah Tionghoa ini lahir dari orangtua yang beragama Kristen. Namun kedua orangtuanya meninggal saat ia masih kecil karena kecelakaan. Nana pun diasuh oleh adik kandung sang ibunda.
Sebelum mualaf, anak bungsu dari tiga bersaudara itu bercerita kalau ia tumbuh dalam keluarga yang kurang religius. Maka dari itu, Nana tak pernah diajak beribadah oleh orangtua angkatnya. Meski demikian, sesekali kakak kandung Nana mengajak ia beribadah ke gereja bersama-sama.
Kurangnya pengetahuan agama membuat Nana merasa terombang-ambing. Sampai pada suatu saat ia mulai mengenal Islam di sekolahnya karena memilih untuk tetap berada di kelas saat pelajaran Agama Islam berlangsung. Nana mengatakan bahwa sekolahnya mengizinkan untuk siswi yang bukan Islam keluar kelas ketika pelajaran agama.
"Nggak ada yang ngajarin agama di rumah, ibu angkat soalnya kejawen. Nah waktu sekolah SMA itu di negeri, saat pelajaran Agama Islam, siswi yang bukan Islam boleh keluar kelas. Tapi waktu itu saya nggak keluar karena malas ya. Jadi ikutin pelajarannya dan ternyata kok ada ketertarikan dari hati. Besoknya ketagihan, ikutin lagi pelajaran Agama Islam sampai hapal surat-surat pendek, doa salat," ujar Nana kepada Wolipop saat dihubungi pada Jumat (16/6/2017).
Baca juga: Berawal dari Model Hijab, Wanita Cantik Asal Cilacap Ini Jadi Mualaf
Sejak mengikuti pelajaran Agama Islam, Nana mulai bimbang dengan keyakinannya sendiri. Ia pun banyak berdiskusi dengan siswi lainnya yang muslim. Nana mengaku sudah ingin mualaf tapi masih ada keraguan menyelimutinya khawatir soal keluarga serta keyakinannya sendiri.
Keraguan terus terselip di hati Nana hingga kejadian mati lampu yang akhirnya membuat ia yakin untuk mualaf. Mungkin terdengar aneh tapi itulah yang ia alami. Wanita asal Bekasi ini bercerita kalau rumah ibu angkatnya memang terkenal angker. Karena itu, ia tidak pernah berani sendirian di rumah. Namun suatu ketika, ada momen di mana ia 'terkurung' sendirian di kamar tanpa ada siapa pun di sisinya saat mati lampu.
"Jadi salah satu rumah ibu saya memang agak seram. Dulu sempat dikontrakin tapi belum selesai masa ngontraknya mereka sudah pindah. Katanya sering diganggu makanya nggak betah. Saya juga nggak pernah berani sendirian di dalam rumah. Sampai waktu itu, saya dan kakak-kakak sedang ngobrol di teras. Tapi saya masuk ke dalam rumah sendirian pengen ke kamar. Eh tiba-tiba mati lampu, saya ketakutan luar biasa sampai nggak berani keluar kamar, teriak juga kakak nggak dengar karena jarak antara kamar dan teras cukup jauh," papar Nana.
Dalam keadaan takut sampai keringat dingin, Nana ingat kata-kata guru Agama Islam. Gurunya mengajarkan kalau merasa takut akan sesuatu bacalah surat-surat pendek. Karena ia sudah hapal surat Al-Fatihah, An-Nas, dan Al-Falaq, Nana mencoba mempraktekkannya. Di situlah hatinya terketuk dan akhirnya memutuskan untuk mualaf.
"Guru Agama Islam juga bilang kalau kamu sedang ketakutan, bacalah surat Al-Fatihah, An-Nas, dan Al-Falaq. Nah pas kejadian mati lampu di rumah, kita lagi ngobrol-ngobrol di teras sama teman-teman cewek juga pada kumpul. Waktu itu lagi masuk sendiri ke rumah terus mati lampu posisi saya di kamar. Saya sangat ketakutan, nggak berani keluar ingat kadang lemari di depan suka kebuka sendiri pintunya kalau ada yang sendirian. Terus saya ingat kata guru kalau takut suruh baca tiga surat itu, cobalah dibaca, siapa tahu berpengaruh. Setelah baca, mendadak ketakutan hilang, merasa di kiri dan kanan ada orang yang jagain tapi nggak tahu siapa. Baru berani keluar kamar dan merasa kayak lagi nggak mati lampu saja, tenang. Akhirnya saya putusan besoknya pas masuk sekolah saya bilang 'Pak, saya mau masuk Islam'. Di depan kelas saya disuruh baca dua kalimat syahadat," cerita wanita yang kini bekerja di salah satu bank swasta kawasan Bekasi itu.
Baca juga: Kisah Jamie, Model Playboy yang Jadi Mualaf Setelah Jadi Korban KDRT
Setelah memutuskan untuk meminta bimbingan gurunya menjadi mualaf, Nana pun mengaku kepada orangtua angkatnya. Ia mengatakan kalau orangtuanya tidak keberatan akan hal tersebut. Begitu pula dengan kedua kakak kandungnya yang menyerahkan semua keputusan kepada Nana. Ia merasa lega hingga saat ini dan mengaku tak pernah menyesal setelah memutuskan mualaf.
"Alhamdulillah, mungkin hidayahnya di situ. Kalau orangtua sih terserah saja agamanya yang penting tidak lupa dengan keluarga. Jadi kalau Lebaran ibu suka bikin ketupat tapi kalau Natal pasang Pohon Natal," tambahnya lagi. (ays/ays)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar