Senin, 24 Juli 2017

Raih Apresiasi KPK usai Angkat Kisah Tukang Parkir

Sudah hampir tujuh tahun ini, Aprilingga Dani menggeluti dunia perfilman. Kecintaannya terhadap seni perfilman berawal pada 2010, saat dia bergabung dengan Kine Klub Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Lalu, sejak 2012, dia bergabung dengan Komunitas Lensa Mata yang lebih fokus pada apresiasi, distribusi, dan ekshibisi film. Khususnya film indie. Nah, selama tujuh tahun berkecimpung di dunia perfilman, film berjudul Tinuk bisa dibilang menjadi masterpiece-nya.

Film pendek berdurasi 15 menit itu mengangkat kisah seorang tukang parkir bernama Wahono dan istrinya Tinuk. Dalam film, Wahono mendapatkan ujian kala sang istri ngotot meminta dibelikan handphone baru.
Bahkan, sang istri meminta Wahono untuk mengambil uang dari setoran parkir. Tapi, Wahono bergeming.

"Sak elek-eleke aku dadi tukang parkir, aku gak katene ngentit (Sejelek-jeleknya jadi tukang parkir, saya tidak akan mencuri)," ujar Wahono kepada istrinya.

Alur cerita itu memang sederhana. Pun demikian dengan setting lokasinya yang hanya memanfaatkan sebuah rumah di perkampungan. Bahkan, inti dari film itu, yakni dialog antara Wahono dan Tinuk dilakukan di ruang televisi.

Tapi, pesan dari cerita yang sederhana itu bisa dibilang mengena. Lingga–sapaan akrab Aprilingga– seolah-olah ingin memberi contoh sosok orang yang jujur. Meski hidup pas-pasan, Wahono mampu membuktikan dirinya sebagai orang jujur.

Film Tinuk tayang perdana pada gelaran Anti Corruption Film Festival (ACFF) yang diadakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 10 Desember 2015.

"Saya senang film itu mendapatkan apresiasi positif. Meski dalam bentuk sekecil apa pun. Misal ketawa maupun tepuk tangan," ujar alumnus Jurusan Ilmu Komunikasi UMM ini.

Film Tinuk yang dibuat Lingga bareng teman-temannya dalam tim Mata-Mata Project itu sukses meraih penghargaan film terbaik. Padahal, film berjudul Tinuk menjadi debut Lingga sebagai sutradara film.
Setelah itu, film Tinuk sering diputar dalam beberapa event nasional. Di antaranya, Pesta Film Solo 2016, Universitas Indonesia Film Festival, hingga Malang Film Festival.

"Film ini juga pernah menyabet juara II Festival Video Edukasi dalam ajang yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 2016 lalu," ujar pemuda 26 tahun ini.

Suksesnya film Tinuk membuat Lingga makin bersemangat menggarap film. Baru-baru ini dia menggarap film kolaborasi dengan Kedutaan Jerman di Indonesia. Temanya soal perubahan iklim. "Sudah jadi, tinggal di-launching saja," kata Lingga yang saat ini juga mengajar bidang perfilman di SMKN 3 Malang.

Pewarta: Fisca Tanjung
Penyunting: Indra Mufarendra
Copy Editor: Dwi Lindawati
Grafis: Yudho Asmoro

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search