Jumat, 25 Agustus 2017

Kisah Nyata Umi Enen, 20 Tahun "Bergelut" dengan Mayat Korban Kecelakaan

BOGOR – Bagi sebagian orang memandikan jenazah mungkin jadi hal menakutkan. Tapi tidak dengan Siti Yunengsih alias Umi Enen. Bagi perempuan 48 tahun asal Kampung Babakan, RT 02 RW 01, Desa Banjar Waru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini, memandikan mayat sudah jadi jalan hidupnya.

Ibu lima anak ini sudah 20 tahun jadi pemandi jenazah. Uniknya, mayoritas jasad yang dimandikannya adalah korban kecelakaan atau bencana. Tak ada rasa takut pada diri Siti berhadapan dengan mayat-mayat yang mengenaskan.

BERITA REKOMENDASI

Keahlian memandikan jenazah khususnya korban kecelakaan ataupun bencana didapat Umi Enen dari orangtuanya. Skill itu pun menjadi mata pencahariannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

"Awalnya dulu saya diajak ibu saya belajar memandikan jenazah. Karena dulu ibu saya suka mandiin jenazah di RSUD Ciawi. Lama-lama saya jadi bisa sampai sekarang," tutur Umi Enen kepada Okezone, Rabu (23/8/2017).

Dia bercerita mulanya tidaklah mudah berhadapan dengan berbagai kondisi jenazah. Rasa takut dan sedih selalu menyelimuti. Meski demikian ia memberanikan diri karena yakin memfardu kifayahkan orang meninggal adalah pekerjaan mulia.

"Dulu sih pertama-tama pasti takut terus yang namanya lihat darah enek, tapi enggak muntah. Lama-lama jadi biasa. Umi juga selalu inget pesan Ibu Umi memandikan jenazah itu niatnya harus untuk ibadah kapada Allah SWT," jelasnya.

Beragam jenazah sudah dimandikannya dalam dua dasawarsa terakhir. Dari jasad korban kecelakaan lalu lintas maupun bencana alam, jatuh dari atas sebuah mal di Depok hingga orang meninggal karena sakit. Pernah juga ia memandikan jasad tak utuh.

"Macem-macem jenazah, sampai yang tidak berbentuk juga pernah paling parah ya di Depok sama Sukabumi itu. Tetapi enggak semua jenazah korban gitu umi mandikan, ada juga jenazah yang biasa atau yang meninggal sakit," paparnya.

Menurutnya, dalam proses memandikan jenazah yang kondisinya sudah tidak utuh lagi ada sedikit perbedaan yakni hanya mencucinya menggunakan sabun dan membacakan doa.

"Kalau yang sudah enggak berbentuk lagi itu cuma Umi diguyur air sabun sambil dibaca-bacain terus dikafanin. Kalau yang tidak lengkap ya juga bisa sama aja cuma diguyur air sabun juga," terangnya.

Umi Enen punya pengalaman mistis selama memandikan jenazah. Ia bercerita pada suatu waktu, saat memandikan jenazah korban kecelakaan di RSUD Ciawi, tiba-tiba terdengar suara aneh.

"Iya dulu pernah, Umi lagi sendirian mandiin jenazah di Ciawi. Tiba-tiba ada suara seperti orang berjalan di belakang. Umi enggak takut, sama Umi malah ditantangin, jangan ganggu. Karena mau ibadah mandiin jenazah," ungkapnya.

Atas keahliannya itulah, Umi Enen kerap dipanggil untuk memandikan jenazah oleh sejumlah pihak rumah sakit ataupun masyarakat di wilayah Bogor, Depok, Sukabumi hingga DKI Jakarta.

"Biasanya nanti rumah sakit itu nelpon ke anak saya atau langsung jemput umi pakai ambulan. Umi juga tidak pernah kasih harga, dikasih banyak Alhamdulillah, dikasih sedikit ya tidak apa-apa. Umi kan niat awalnya itu ibadah," tuturnya.

Jika sedang tidak ada panggilan, umi pun hanya menjadi ibu rumah tangga mengurusi anak-anaknya. Tetapi, umi sesekali dipanggil pemimpin akikah atau sawer manten juga membuat pengajian anak-anak warga sekitar di rumahnya.

"Kadang-kadang umi dipanggil buat pimpin acara 7 bulanan, akikah juga karena dari dulu kaluarga umi memang sudah sesepuh di sini. Kalau habis magrib umi biasanya ngajar ngaji anak-anak warga sini di rumah," paparnya.

Kini, diusianya yang sudah tidak muda lagi umi berharap agar anak-anaknya mau meneruskan pekerjaannya nanti. Umi juga mengajak masyarakat belajar memandikan jenazah karena itu merupakan ibadah fardhu kifayah dalam Islam.

(sal)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search