Jumat, 04 Agustus 2017

Kisah Nyonya Meneer, Bisnis Jamu Sejak 1919 yang Akhirnya Ambruk

Liputan6.com, Jakarta - Produsen jamu nyonya meneer menjadi sorotan. Pengadilan Negeri Semarang menyatakan pailit kepada produsen jamu yang sudah berdiri sejak 1919 tersebut.

Produsen jamu ini identik dengan kemasan jamu dengan foto wanita berkonde. Wanita tersebut juga yang membangun jamu nyonya meneer. Berkat tangan dingin meracik ramuan jamu, Lauw Ping Nio yang merupakan keturunan dari pasangan Tionghoa-Jawa mengubah tanaman biasa menjadi obat tradisional penyembuh rasa sakit.

Mengutip laman njonjameneer.com, Jumat (4/8/2017), wanita kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur pada 1895 ini pada awalnya meracik jamu untuk obat suaminya. Hal itu di tengah keterbatasan dan keprihatinan masa pendudukan Belanda di awal 1900-an.

Racikan aneka tumbuhan dan rempah yang diminum suaminya ternyata mujarab, padahal berbagai pengobatan tidak mampu memulihkan kondisi sang suami tercinta.

Para kerabat dekat di Semarang pun segera mencium tangan dingin Nyonya Meneer untuk meracik jamu. Sosoknya yang peduli pada orang sekitar dengan senang hati meracik untuk mereka sakit demam, sakit kepala, masuk angin dan terserang berbagai penyakit ringan lainnya. Sebagian besar yang mencoba racikan jamu itu puas.

Lalu bagaimana asal mula nama nyonya meneer yang ikonis tersebut?

Mengutip dari berbagai sumber, yakni buku Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia's Most Successful Traditional Medicine Companies, sejak kecil Lauw Ping Nio telah dikenal dengan panggilan Nonie Menir yang ditulis dengan ejaan Belanda "Meneer". Awal lahirnya nama Meneer itu cukup sederhana, dan bukan lantaran dia keturunan Belanda.

Ketika Lauw Ping Nio atau Nyonya Meneer di dalam kandungan, ibunya gemar memakan butiran-butiran halus sisa tumbukan padi yang dalam bahasa Jawa disebut Menir. Sang ibu pun lebih memilih memanggil Lauw Ping Nio dengan sebutan Meneer.

Didikan sang ibu pula yang mengantarkan Meneer memperoleh pendidikan dan berbagai keterampilan rumah tangga. Wanita yang akrab disapa Nonie Meneer ini rajin merawat tanaman berkhasiat dan menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya.

Hal itu tak sia-sia. Meneer tumbuh sebagai orang disiplin dan kreatif. Berkat kecantikan dan sikap Meneer, membuat kepincut hati pemuda asal Semarang berdarah Tionghoa, Ong Bian Wan.

Pemuda yang berprofesi sebagai pedagang itu, pun tanpa ragu melamar Meneer yang saat itu masih berusia 17 tahun. Usai menikah, Nonie pun mendapatkan panggilan baru Nyonya Meneer.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search