Senin, 14 Agustus 2017

Tragisnya Kisah Belanda Depok dan 'Mak Lampir' Istri Pejabat VOC

DEPOK, JAWA BARAT, NETRALNEWS.COM - Sepanjangs sejarah kemerdekaan hingga kini, Depok atau kota Depok masih kental dengan Belanda. Atau  yang disebut BelandaDepok. Karena di Depok, di zaman Belanda, terdapat banyak rumah atau lebih tepat disebut perkampungan Depok.

 

Lebih khusus lagi BelandaDepok lebih teridentikan dengan Cornelis Chastelein. Karena, Cornelis Chastelein merupakan pejabat Belanda yang memiliki rumah sekaligus kekuasaan di Jakarta, Depok hingga Bogor.

Bahkan, lebih jauh, banyak ada yang mengatakan, asal-usul nama Depok merujuk dari singkatan De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen, terjemahan dari Jemaat Kristen yang pertama. Alibinya, di Depok terdapat perkampungan Kristen yang dibangun Cornelis Chastelein, mantan pejabat tinggi VOC. Versi ini tidak benar! 

Cornelis Chastelein mundur dari VOC karena tak cocok dengan Gubernur Jenderal van Outhoorn. Tak lama kemudian dia membeli tanah Depok

"Sapotong tanah ketjil di saberang timoer soengai besar dari nageri Depok jang koe soedah dapat beli dari orang tjina Tio Tiong Ko menoeroet soerat pembelian tanggal 5 December 1712 dengan harga lima poeloeh ringgit," tulis Cornelis Chastelein dalam testament (surat wasiat)-nya, 13-14 Maret 1714. 

"Djoega sapotong tanah ketjil disabelahnja tanah jang bahroe terseboet, lebarnja dan pandjangnja seperti di njatakan didalam kaart-nja landmeter Cornelis van Heusden tanggal 12 October 1713 dan jang akoe soedah dapat beli, menoeroet soerat pembelian di bawa tangan (onderhands) tanggal 5 Aug. 1713, dari kaptein Bali Oessien dengan harga lima poeloeh ringgit," sambung Chastelein.

Artinya, merujuk catatan tersebut, jauh hari sebelum dibeli Cornelis Chastelein, wilayah itu sudah bernama Depok

Menurut Yano Jonathans, penulis buku Depok Tempo Doeloe, Depok berasal dari kata padepokan. 

Dia menjelaskan, dahulu kala hutan Depok, Situ Pancoran Mas dan tepian sungai Ciliwung merupakan tempat bersemedi.

Selain rumah yang dibeli Cornelis, di beberapa kawasan Margo City, masih ada juga satu rumah yang dibangun pada masa Belanda menjajah Indonesia. Konon, bangunan yang dijadikan kafe itu merupakan yang tertua di Kota Depok.

Kemudian, ada lagi bangunan tua di Komplek RRI. Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Sukmajaya Rumah tua yang dibangun David J Smith pada 1775 itu kondisi bangunannya sangat mengenaskan. Atapnya runtuh dan sebagian dinding bangunan hancur.

Lumut dan semak belukar juga tumbuh subur di tembok dan sekitar halaman. Kelihatan sekali rumah tua itu tak terurus dan ditelantarkan. Benar-benar rumah itu tidak terurus.

Rumah bersejarah itu sudah rusak parah dan nyaris roboh. Padahal, pada masanya bangunan ini mempunyai nilai historis. Bangunan yang dulu dibuat megah ini menjadi saksi bisu peninggalan Gubernur Jenderal VOC Petrus Albertus Van Der Parra. Gubernur yang memerintah di Batavia sejak 1761 hingga 1775.

Rumah tua itu dibangun untuk Yohana, istri kedua Gubernur Jenderal VOC Petrus Albertus Van Der Parra, yang kerap disebut dengan "Mak Lampir". Rumah itu sangat indah dengan pepohonan yang rindang dan perkebunan yang luas.

Rusaknya bangunan bersejarah itu membuktikan bahwa semua pihak melupakan nilai sejarah yang melekat di bangunan tersebut.

Karena itu, Pemerintah Kota Depok diimbau segera menetapkan bangunan itu, sebagai cagar budaya sebagaimana diatur dalam UU No 11 Tahun 2010. Tujuannya, agar memiliki kewenangan dalam mengatur dan menjaga bangunan bersejarah tersebut

Dari berbagai literatur yang pernah ada, rumah ini dahulu biasa menjadi tempat singgah pejabat VOC bila hendak ke Bogor. Di foto-foto peninggalan Belanda, rumah ini pekarangannya ditumbuhi pohon besar, didominasi pohon karet.

Sayang sekali kalau rumah yang ada nilai sejarahnya ini terbengkalai.  Banyaknya supermarket dan tempat-tempat perbelanjaan yang terus tumbuh di Kota Depok, telah menjadi ancaman yang sangat nyata bagi peninggalan-peningalan Belanda yang memiliki nilai historis yang tinggi ini.

Anak cucu kita akhirnya hanya mendengar dalam cerita-cerita zaman dulu, tentang heroisme masa lampau dari para leluur bangsa, tanpa lagi melihat berbagai realitas tentang semua itu, meski hanya sekuil bekas sekalipun.

 Padahal bisa jadi objek wisata sejarah di Depok, bisa jadi wisata sejarah lintas generasi.  Bahkan, itu benar-benar menjadi lembaran sejarah yang teramat penting, terutama ketika bangsa ini memperingati atau merayakan kemerdekaannya. Merdeka dari penjajahan Belanda itu.

Ironis dan tragis, jika semuanya seperti ditelan bulat oleh zaman dan waktu, tanpa sekuil pun bekas yang tertinggal untuk memperkuat ingatan anak-anak zaman…

 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search