Senin, 25 September 2017

Kisah Faris dan Motor Curiannya : Pulang Kampung, Disambut Tembakan Polisi

Munculnya kejahatan memang tidak selalu didahului dengan niat. Beberapa kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) di Kota Mataram, tak jarang karena adanya kesempatan. Seperti yang dilakukan Faris, 30 tahun, asal Ampenan.

== == == == ==

Wajah Faris terlihat meringis saat dibawa dari ruang penyidik Polsek Ampenan. Langkahnya pincang. Di kaki kanannya, tepat di bawah lutut, terlihat perban yang melingkar lengkap dengan bercak darah.

Di balik perban itu, sempat bersarang peluru. Faris mendapat tembakan timah panas Polisi. Konon, itu "hadiah" karena ia dianggap mau melarikan diri. Apa benar Faris mau kabur? Entahlah hanya polisi dan dia yang tahu. Yang jelas tembakan di betisnya ituia dapat Senin (18/9) dini hari.

Baca Juga :

Faris sendiri sudah lama menjadi incaran polisi karena karena kasus pencurian kendaraan bermotor  (Curanmor) di Gang Perkutut II, Lingkungan Pintu Air, Kelurahan Ampenan Tengah, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Pencuriannya dilakukan pada Januari, awal tahun ini.

Yang menjadi korban Faris saat itu adalah Misnah. Perempuan 41, tahun ini tak lain merupakan tetangganya sendiri.

"Masih bertetangga dengan saya," aku Faris.

Kata Faris, pencurian yang dilakukannya muncul secara tiba-tiba. Bukan karena direncanakan. Saat itu, kunci kontak motor Yamaha milik korban masih tergantung. Kontan, kesempatan itu membuat  niat jahat Faris muncul. Kelengahan dari korban tak disia-siakan. Lekas motor tersebut ia bawa kabur.

"Kuncinya masih nyangkut. Saat itu juga langsung saya bawa pergi," kata dia.

Setelah membawa kabur motor korban, Faris mengaku sempat bingung mau dibawa kemana motor hasil curiannya itu. Namun dengan cepat dia memutuskan untuk menggadai motor tersebut. Dia menuju seseorang dan menawarkan motor curiannya seharga Rp 2.250.000

Tempat gadai motor yang didatangi Faris tidak curiga. Sebab, motor yang dibawanya tidak menunjukkan ciri-ciri motor curian. Apalagi pria berambut keriting ini, sempat tidak mengakui jika motor tersebut merupakan hasil curian.

"Motornya kan ada kuncinya juga," tuturnya.

Selanjutnya, setelah mengantongi uang hasil gadai, Faris sempat ketakutan menjadi buruan polisi. Karena itu, muncul keinginan untuk melarikan diri. Bali dipilihnya menjadi tempat pelarian.  Nmun selama di Bali, Faris mengaku tidak banyak yang ia bisa kerjakan.

Sementara  uang hasil gadai motor yang ia bawa  hanya mampu menghidupinya kurang dari satu bulan. Dompetnya makin menipis. Terbesit keinginan untuk memikirkan untuk pulang kembali ke Lombok. Namun, di sisi lain, dia sadar jika di Mataram, polisi tengah mencarinya karena perbuatan yang ia lakukan.

Karena itu, Faris memutuskan untuk mencari kerja agar bisa bertahan hidup dalam pelarian.

"Jadi buruh saya di sana. Apa saja dikerjakan," ungkap dia.

Hampir delapan bulan di Bali hidup Faris semakin tak nyaman. Kondisi keuangan tak menentu membuatnya semakin rindu kampung halaman.  Alhasil ia  memutuskan untuk pulang ke Mataram. Pikirnya delapan bulan menghilang  polisi sudah berhenti mencarinya. Karena itu, pertengahan September ini, Faris berangkat menuju Lombok.

Sayang prediksi Faris rupanya salah. Di Mataram, Tim Opsnal Polsek Ampenan rupanya tak lupa. Mereka malah telah lama menanti  kepulangannya dari pelarian.

"Kita tahu dia kabur ke Bali, akhirnya kita tunggu saja sampai dia pulang," kata Kapolsek Ampenan Kompol Tauhid.

Benar saja, setelah menunggu lama, Polisi mendapat informasi kepulangan Faris. Informan kepolisian juga menyebutkan keberadaan Faris yang tengah menyantap semangkok bakso di sekitar pasar ACC Ampenan.

Informasi itu ditindaklanjuti petugas dengan upaya penangkapan. Sekitar pukul 00.30 Wita,  Faris yang tengah makan bakso, mengetahui kedatangan polisi. Dia langsung kabur ketika hendak ditangkap.

"Sudah diberikan tembakan peringatan, tapi tidak digubris. Akhirnya kita tembak kakinya," kata Tauhid.

Tauhid mengatakan, perbuatan pelaku sudah sangat meresahkan warga sekitar tempat tinggalnya. Ditambah lagi, Faris merupakan residivis yang sempat mendekam di Lapas Mataram selama 9 bulan di 2014 silam.

"Sudah dua kali melakukan dan sempat dipenjara," jelas Tauhid.

Setelah tertangkap, Faris mengaku terpaksa melakukan curanmor. Dia tidak mempunyai pekerjaan tetap dan terdesak kebutuhan ekonomi.

"Kalau sekarang sih nyesal rasanya," kata Faris dengan nada pelan.

Sementara itu, Kriminolog Universitas Mataram (Unram) Lubis mengatakan, pelaku tindak kejahatan saat beraksi tidak saja karena adanya niat. Namun tindak pidana muncul bisa karena kesempatan. Seperti yang dilakukan Faris dengan memanfaatkan kelengahan dari korban.

"Korban tidak waspada. Ini dibuktikan dengan adanya kunci motor yang masih tergantung," ujarnya.

Ditambahkannya, aksi nekat pelaku tindak pidana curanmor di Kota Mataram berdasarkan perhitungan peluang. Seberapa besar mereka mampu mampu melakukan tindak pidana, namun meminimalisasi dirinya tertangkap polisi maupun korban itu sendiri. (wahidi akbar sirinawa/r2)

Komentar

Komentar

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search