viaberita.com, Bali, Kisah Gunung Agung Meletus Tahun 1963 –Gunung Agung meletus akhir akhir ini menjadi pusat perhatian wisawatawan asing. Tentu menjadi perhatian mereka sebab Gunung Agung sebab terletak di Bali dimana disana merupakan tujuan wisata turis Asing dari berbagai dunia. Status Gunung Agung naik dalam status Awas tentu ini sangat menghawatirkan Masyarakat terutama Turis Asing.
Dilansir Tribunnews.com, perlu kita napak tilas sejarah Gunung Agung meletus. Pada tanggal 18 mei 1963, terakhir kalinya Gunung Agung meletus. Sayangnya saat meletus hebat, beberapa warga di Trunyan, tepi Danau Batur malah tidak mau mengungsi.
Bupati Bangli pada saat itu telah menginstruksikan warga untuk keluar dari kawah Gunung Batur purba, dimana desa induk berada. Namun Warga tidak mengikuti Bupati tersebut.
Hujan abu lebat menutupi desa tersebut, sehingga awan panas tidak langsung mengenai desa tersebut. Kawasan itu menjadi tandus dan mengakibatkan kelaparan.
Baca Juga : Hanya 2500 Pendaki yang Boleh Ke Gunung Merapi di Malam Tahun Baru 2016
Kama Kusumadinata, vulkanolog Direktorat Geologi Bandung yang datang ke Bali pada saat kritis itu, menemukan sebagian masyarakat Bali meyakini bahwa penyebab letusan Gunung Agung tahun 1963 bersifat spiritual, seperti dikutip Kompas.com.
Saat itu warga meyakini bahwa awan panas yang turun dari lereng gunung adalah Ida Batara yang menjaga Gunung Agung.
Bukannya menghindar, warga saat itu justru menyambut awan panas itu dengan tetabuhan gamelan. Berikut salah satu video yang menggambarkan suasana saat Gunung Agung meletus tahun 1963.
[embedded content]
Pengalihan Arus Penerbangan Ketika Gung Agung Meletus
Sebagaimana keterangan pers dari AirNav Indonesia yang diterima detikcom, Sabtu (23/9/2017), pihak AirNav bisa menyebarkan pemberitahuan ke seluruh pihak penerbangan lewat Notice to Airmen (Notam) atau pemberitahuan kepada pihak penerbangan berisi informasi aktivitas gunung berapi (ASHTAM).
"Dalam hal Bandara I Gusti Ngurah Rai ditutup akibat letusan Gunung Agung, AirNav Indonesia bersama PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II telah menyiapkan alternatif pengalihan penerbangan ke sejumlah bandara sesuai daya tampung yang tersedia," kata AirNav.
Bila Gunung Agung meletus, penerbangan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali akan diarahkan ke Bandara Juanda Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan, Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, dan bandara Lombok.
Baca Juga : 250 Pendaki Dievakuasi Akibat Kebakaran di lereng Gunung Merapi
"Rute-rute pengalihan itu antara lain meliputi 10 penerbangan ke Bandara Juanda Surabaya, 5 penerbangan ke Bandara Hasanuddin Makassar, 5 penerbangan ke Balikpapan, 5 penerbangan ke Jakarta, 3 penerbangan ke Lombok," kata Corporate Secretary Perum PPPNPI (AirNav), Didiet KS Radityo, sebagaimana tertulis dalam keterangan pers.
AirNav Indonesia telah melakukan simulasi pelayanan lalu lintas penerbangan untuk merespons erupsi Gunung Agung bila terjadi. Simulasi ini melibatkan Jakarta Air Traffic Service Centre (JATSC), Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC), Airnav Indonesia cabang Bali dan Surabaya, Darwin Volcanic Ash Advisory Centre, Virgin Australia, dan KOBU1, 3, 4, 5.
"Jika kondisi berubah sejalan dengan aktivitas Gunung Agung, maka sesuai prosedur, secepatnya kami akan keluarkan peringatan, baik Notam maupun ASHTAM," kata Didiet.
(dnu/tor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar