Jumat, 22 September 2017

Terkuaknya Kisah Duel Maut ala Gladiator di Bogor

JAKARTA, NETRALNEWS.COM -Hilarius Christian  Even Raharjo (15), siswa kelas I SMA Budi Mulia, tewas menggenaskan setelah dipaksa berduel ala gladiator oleh para seniornya.

Maria Agnes, ibu korban bercerita, gladiator sudah menjadi tradisi di SMA Bina Mulia. Dan, itu sudah berlangsung sejak sekitar 2010 secara sembunyi-sembunyi. Tradisi itu dilakukan jelang pertandingan basket antar sekolah di Bogor, Jawa Barat. 

Tradisi "bom-boman" itu selalu dilakukan jika SMU Budi Mulia dan SMU Mardi Yuana  di Kota Bogor tersebut bertemu dalam ajang kompetisi bola basket yang digelar setiap tahunnya.

Di kalangan siswa, aksi duel ala gladiator itu dikenal dengan istilah 'bom-boman' atau tarung gladiator tanpa senjata yang ditonton oleh puluhan kakak kelas dan alumni kedua sekolah. Duel ala gladiator itu dilakukan oleh siswa junior.

Para junior ini, dipaksa diadu fisiknya dengan berduel tangan kosong. Mereka diadu oleh para seniornya dan alumni kedua sekolah. Lawannya adalah murid dari sekolah lain yang sebelumnya juga sudah disiapkan. Para senior memaksa siswa baru dari kedua sekolah mau diadu berkelahi satu lawan satu.

Sebelum berduel, mereka mencari lapangan yang sepi. Hanya komunitas mereka saja yang bisa melihat pertarungan ala gladiator itu secara langsung. Dan, duel saat itu  digelar di lapangan basket Taman Palupuh, di belakang SMA Negeri 7 Kota Bogor, di Vila Citra, Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.

Ayah Hilarius, Venansius Raharjo bercerita, promotor duel itu adalah alumni. Mereka yang mengoordinir kakak kelas untuk mencari anak-anak yang baru masuk yang akan dipaksa berduel.

Adapun junior yang terpilih adalah Hilarus. Dia dipilih karena badannya tinggi dan besar. Semula, Hilarius diajak untuk melihat pertandingn basket. Tapi ternyata, dia sudah disiapkam oleh  kakak kelasnya untuk bertarung dengan murid dari sekolah SMA Mardi Yuana.

Atlet basket yang akan tes untuk Pelatda Kota Bogor itu, sebetulnya sudah menolak, namun kakak kelas dan beberapa alumni Budi Mulia memaksa Hilarius berduel melawan Bevan, siswa baru kelas X SMU Mardi Yuana.

Karena Hilarius tidak pernah berkelahi dia terjatuh setelah lawannya memukul tepat di bagian ulu hati. Hilarius  sudah menyerah tapi seniornya malah menendang pinggangnya dan menyeretnya ke tengah lapangan supaya tetap melawan Bevan.

Bahkan, seniornya dari Mardi Yuana berteriak mengatakan Hilarius belum kalah. Dia lantas memerintahkan Bevan menghajar Hilarius kembali. Hilarius, berusaha bangkit dan mengalami kejang-kejang.Bevan kemudian membenturkan kepala Christian sebanyak lima kali dan menginjak-injak perutnya hingga Hilarius  tewas di lokasi.

"Ada 50 orang lebih yang menonton anak saya disiksa sampai sakratul maut. Divideokan oleh siswa-siswa yang menyaksikan," tulis Maria, ibu Hilarius dalam akun Facebooknya, pada 12 September 2017 yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo yang kemudian viral di media massa.

Dan setelah 18 bulan berlalu, kasus duel ala gladiator itu terkuak ke permukaan. Aktivitas tersebut baru diketahui setelah Hilarius menjadi korban. Dalam waktu lima hari pascaviralnya kasus perkelahian ala "gladiator" Polresta Bogor Kota mulai bergerak. Polisi meminta keterangan dari 17 saksi. Satuan Reskrim Polresta Bogor Kota akhirnya menetapkan enam tersangka.

Polisi lalu melakukan pelacakan terhadap para tersangka yang tersebar di tiga kota yang meliputi Kota Bogor, Yogyakarta dan Bandung. Namun, baru empat orang yang ditangkap, kemarin. Yakni, Bevan, HK, MS, dan JT yang ditangkap di empat lokasi berbeda. Sementara dua lainnya, Ferry dan T masih dilakukan penyelidikan dengan analisis CDR. Keduanya sudah masuk DPO (daftar pencarian orang) alias buron.

Keempat orang yang tertangkap ini memiliki peran berbeda di ajang duel maut itu. Seperti Bevan, yang menjadi lawan dari Hilarius, MS berperan sebagai wasit dalam pertandingan. Adapun dua tersangka lainnya yakni HK dan JT berperan menyuruh, menghubungi, dan menempatkan petarung, serta menunjuk lokasi pertarungan.

Satreskrim Polresta Bogor Kota, Polda Jawa Barat masih menelusuri motif dari perkelahian ala "gladiator" tersebut. "Apa motif masih terus kita dalami, apakah rivalitas atau hal lainnya, kita masih menunggu tersangka selesai diperiksa Bapas," kata Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Choerudin di Mapolresta Bogor Kota, Kamis (21/9/2017), kemarin.

Untuk mengetahui penyebab kematian Hilarius, polisi telah melakukan autopsi pada jenazahnya. "Hasil autopsi ada luka dalam, bagian hati robek sepanjang 4 cm x0,5 mm sehingga terjadi pendarahan dalam rongga perut," katanya.

Menurut Choerudin perkelahian ala "gladiator" tersebut sudah empat tahun terakhir berlangsung, tetapi tidak terekspose karena belum ada korban.

Pada saat Hilarius diadu dengan Bevan, ternyata ada 4 duel lainnya yang juga terjadi di Taman Palupuh, Bogor yang sudah dipersiapkan. "Mereka berduel dengan lawannya masing-masing secara bersamaan," kata Choerudin. Namun, lanjut dia,  keempat pasangan lain yang duel saat itu masih sebagai saksi.

Venansius mengatakan, kala kasus duel maut ini terjadi, keluarga tidak melapor ke polisi dengan alasan tidak mau jasad Christian diotopsi. Namun, sekarang dia menghendaki lain, dia ingin para pelaku dihukum setimpal, karena sejak kematian anaknya, para pelaku tak satupun yang dihukum.
Padahal, para pelaku sudah mengakui perbuatannya dan membuat surat pernyataan.

Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Ulung Sampurna mengatakan, atas kesalahannya, keempat tersang terjerat Pasal 80 jo 76c Undang-Undang (UU) Nomor 35/2014 tentang perubahan UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search