Rabu, 11 Oktober 2017

Kisah Inspiratif Sang Pelaut Penggerak Sosial di Sukabumi

Sukabumi - Mengabdikan diri kepada kemanusiaan ialah slogan yang digenggam Kristiawan Saputra (40). Sepanjang melakoni aksi-aksi sosial, tidak jarang sang pelaut ini merogoh kocek dalam-dalam guna meringankan kesulitan orang lain.

Masih ingat cerita gubuk miring milik Mak Cacih? Atau kisah Bunga bocah berusia 9 tahun yang terpaksa diikat oleh kedua orang tuanya karena sering membenturkan kepalanya ke tembok dan Saira bocah gizi buruk. Di balik hikayat pilu para warga Sukabumi itu Kristiawan turut menyalurkan watak sosialnya.

Jauh sebelumnya, pria tersebut memang lincah bergerak membantu warga. Kristiawan ialah seorang pelaut dari perusahaan pelayaran Carnival Cruise Line yang bermarkas di Miami, Amerika Serikat (AS). Ia punya alasan kenapa gemar kegiatan sosial.

"Latar belakang saya adalah orang tidak mampu, pengalaman makan nasi satu bungkus dibagi untuk berdua. Dulu untuk biaya kuliah Diploma satu di Solo Jawa Tengah jualan ikan hias keliling dibantu istri jualan nasi uduk," tutur Kristiawan kepada detikcom usai mengunjungi Saira Nurul Aulia di RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi, Jabar, Rabu (11/10/2017).

Pada 2003, Kristiawan mengaku pernah merasakan bagaimana rasa kalut menerpanya saat membawa putra pertama berobat dengan keuangan terbatas. Di kantong mereka hanya tersisa duit Rp 5 ribu.

"Punya uang lima ribu rupiah, sementara tebus obat harus ada uang Rp 25 ribu, saya cari pinjaman untuk uang itu. Masih ingat ketika itu saya berkata ke istri jika kehidupan kelak berubah apa salahnya kita meringankan beban orang lain," tuturnya.

Apa yang saya miliki sekarang ialah untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan.Kristiawan Saputra

Selepas menjalani aneka pekerjaan yang tidak menentu, doa Kristiawan terkabul lima tahun kemudian. Kesempatan emas datang dan membawanya bekerja ke sebuah pelayaran asing, gaji pertamanya Rp 4 Juta.

Lambat laun perekonomian Kristiawan membaik. Lalu pada 2015 langkah perdana Kristiawan 'nyemplung' dalam aksi sosial di kampung halamannya, Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.

"Saat itu kampung saya memang luput dari perhatian pemerintah. Saya mengadakan acara santunan ke anak yatim, lalu berlanjut ke program selamatkan madrasah. Kita support alat-alat sekolah kegiatan belajar mengajar di madrasah sampai memberi insentif ke guru-gurunya," tutur Kristiawan.

Ia banyak meninggalkan jejak aktivitas sosial. Namun tidak ada catatan khusus yang ia buat dalam melaksanakan aksinya tersebut.

"Untuk apa juga saya ingat-ingat. Pastinya apa yang saya lakukan ialah 'balas dendam' saya selama menjalani kesulitan hidup di masa lalu. Apa yang saya miliki sekarang ialah untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan," ujar Kristiawan.

Ia mengaku tidak punya anggaran khusus untuk berbagi rezeki dengan warga yang membutuhkan. Menurut dia asal cukup untuk anaknya sekolah dan kebutuhan sehari-hari, sisanya digunakan kegiatan kemanusiaan.

"Makin lama ternyata banyak fenomena sosial yang saya temukan. Saya berpikir, saya tidak bisa bergerak sendiri. Akhirnya saya membentuk Sahabat Kristiawan Peduli (SKP) bersama relawan sosial lain dan rekan-rekan pelaut. Saya bergerak melakukan aksi dengan skala yang lebih besar," kata Kristiawan.
(bbn/bbn)

Let's block ads! (Why?)



1 komentar:

  1. terimakasih atas informasinya, dan jangan lupa kunjungi kami di http://kapsulgamatemaswalatra.com/obat-herbal-stroke/

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search