Rabu, 04 Oktober 2017

Kisah Keluarga RA Kartini Angkat Derajat Bangsa Melalui Batik

Liputan6.com, Tegal - Perayaan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober selalu meriah di berbagai daerah. Terutama setelah UNESCO (Badan PBB Urusan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan) menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, pada 2 Oktober 2009.

Pengakuan UNESCO itu memang wajar, mengingat hampir setiap daerah di Indonesia, memiliki batik khas masing-masing, baik dari corak, pewarnaan, motif, dan bahan pewarna, serta cara pembuatannya. Seperti di Tegal, Jawa Tengah, yang juga memiliki batik khas.

"Awalnya, batik Tegal dibuat untuk kebutuhan keluarga, terutama bila suatu keluarga bakal mempunyai hajat seperti perkawinan dan sunatan. Batik merupakan sumbangan yang berharga bagi acara-acara penting dalam keluarga," ucap budayawan pantura Tegal, Yono Daryono, Selasa (3/10/2017).

Namun, mereka secara tidak sadar justru memosisikan batik sebagai hasil karya seni yang nilainya tidak terukur. Kondisi ini dapat disaksikan di daerah-daerah perajin batik seperti Kalinyamat Wetan dan Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan.

Sejatinya, batik Tegal berawal ketika sejumlah pengawal penguasa Kerajaan Mataram atau Raja Amangkurat I yang mengungsi ke Tegal. Hal inilah yang menyebabkan motif batik Tegal mirip dengan batik keraton, yakni didominasi warna hijau dan kecokelatan.

Namun, perkembangan berikutnya, para pembatik di kota tersebut memberi motif batik dari flora dan fauna. Para pembatik berekspresi tanpa beban makna dan kegunaan. Perubahan corak, motif, dan dominasi warna batik Tegal tidak lepas dari pengaruh Raden Ajeng (RA) Kardinah, adik kandung RA Kartini.

Motif batik Tegal sebagian dikembangkan oleh adik kandung RA Kartini, yakni RA Kardinah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Adapun warna batik Tegal pertama kali sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal kemudian meningkat menjadi warna merah biru. Selain itu, motif batik Tegal mempunyai kekhasan tersendiri, sesuai dengan kondisi lingkungan si pembuatnya.

"Motifnya lebih bersifat ekspresi pembatiknya dalam merespons lingkungan, atau alam sekitar, flora, dan fauna," tutur Yono.

Melihat desainnya, ia memaparkan, batik Tegal mengenal motif dapur ngebul, gribikan, cempaka putih, gruda (garuda), kawung, tapak kebo, semut runtung, sawatan, tumbar bolong, kawung, dan blarak sempal.

Motif batik Tegal lainnya adalah kuku macan, beras mawur, ukel, batu pecah, kotakan, cecek awe, tambangan, grandilan, sawo rembet, buntoro, karung jenggot, kopi pecah, corak daun teh, poci, benang pedhot, dan mayang jambe.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search