Jumat, 20 Oktober 2017

Kisah nenek usia 110 tahun tinggal sebatang kara di tepi rel kereta

Merdeka.com - Nenek Wati (110) tinggal sebatangkara selama 40 tahun di tepi rel kereta api di daerah Ci Waktu, Kota Serang, Banten. Nenek yang masih bertubuh bugar ini tinggal dengan kondisi rumah yang sangat mengahwatirkan di tepi rel dan hidup dari bantuan tetangga sekitar.

Nenek Wati mengaku berasal dari Cikampek, Jawa Barat, dan dirinya tinggal di lokasi tersebut sejak 40 tahun yang lalu, diamana di lokasi tersebut masih belum ada penduduk yang memadati. Dirinya tidak mempunyai anak, dan suami sudah bercerai di waktu muda dulu.

Nenek yang sehari hari bejulan jajanan anak anak di sekolah pendidikan agama yang tak jauh dari lokasi rumahnya ini, tinggal di Kota Serang sejak berumur 50 tahun dan kini ia berumur 110 tahun.

"Sendirian, enggak ada sanak sodara. Nenek enggak punya anak, kalau nenek punya anak enggak begini. Nenek sebatang kara. Sehari-hari jualan di sekolahan agama, namanya juga kalau anak kecil ya paling dapat Rp 12.000 atau Rp 10.000. Alhamdulillah saja. Hasilnya buat kebutuhan, kalau ada sisa disimpen tuh di belakang. Takut takut ada apa apa yah kita tinggal sendirian, enggak ada sodara," ujarnya.

Terkadang untuk makan sehari hari, nenek wati menerima uluran tangan dari tetangga sekitar. Bahkan dirinya sudah menitipkan kepada tetangga bilamana menutup usia agar diuruskan pemakaman dan segala-segalanya.

"Takut nanti kalo saya mati tolong urusin. Nenek juga sudah beli kaen, sama kaen putih. Kan kalo orang mati kan butuh kain sepuluh meter, itu sudah siap," ujarnya.

Ia mengaku kerap dilarang tetangga untuk berjualan. Para tetangga yang khawatir meminta Nenek Wati tinggal di rumah saja. Namun, permintaan itu ditolak lantaran ia masih mempunyai kebutuhan sehari-hari.

[rhm]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search