SURYAMALANG.COM, BATU - Sunoto (45) warga Sisir, Kota Batu terlihat sibuk menganyam rotan di Cafe Omah Kompoel, Senin (23/10/2017). Di sekitarnya terlihat tumpukan kursi kayu yang menanti untuk dianyam.
Sunoto terlihat telaten dan cekatan saat menganyam rotan. Ia tak takut tangannya kemasukan serbuk halus dari rotan yang ia anyam.
"Kalau ditekuk sedikit sudah patah berarti tidak bagus. Karena saat menganyam harus direkatkan antar rotan. Biar kuat," kata Sunoto.
Bahan-bahan yang ia butuhkan juga sangat sederhana, yakni kayu khusus rotan, gunting, dan pipa dipotong lurus untuk merapatkan anyaman.
Sunoto sejak duduk di bangku SD kelas 1, sudah berkecimpung di dunia anyam menganyam. Ia tidak ingin meninggalkan kerajinan ini.
Menurut dia, meskipun saat ini minat mengoleksi kursi dari anyamanrotan sudah sedikit, ia yakin kursi anyamanrotan ini akan tetap dicari orang.
"Mempertahankan saja. Kalau bukan penerus siapa lagi. Dan pasti masih ada yang mencari kursi anyaman ini, karena sudah semakin langka," imbuhnya.
Ayah dari dua anak ini ternyata tak sekedar menganyam saja, tetapi juga mereparasi atau memperbaiki kursi kayu. Bahkan kursi yang berusia 50 tahun, bisa ia sulap menjadi terlihat baru lagi.
Namun, karena musuh utama kursi rotan ini ialah kutu cabuk dan rayap, tak banyak yang memperbaiki ke dirinya.
"Banyak yang malah dibuang karena rawan dimakan cabuk. Ya saya perbaiki sendiri saja. Kalau di Batu ini masih jarang, paling beberapa saja," tuturnya.
Ia mengerjakan pekerjaan ini sendirian. Bahkan sampai larut malam. Untuk menganyam satu kursi saja ia butuh waktu sekitar dua hari.
Satu set kursi yang terdiri dari tiga kursi single dan satu kursi double, butuh sekitar 10 hari untuk menyelesaikan anyamannya.
Harganya, juga relatif murah. Satu set kursi sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. "Tapi dilihat dari tingkat kesulitan menganyamnya," pungkas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar