JAKARTA - Astronomi radio atau yang dikenal dengan teleskop radio lahir pada awal 1930-an ketika Karl Jansky bekerja untuk Bell Laboratories yang didirikan oleh Alexander Graham Bell pada 1925. Jansky awalnya mencoba untuk menentukan asal sumber kebisingan yang muncul pada penerima (receiver) yang beroperasi di wilayah 20 MHz spektrum radio.
Pengamatan yang dilakukan Jansky memakan waktu 1 tahun dan akhirnya membuat Jansky yakin untuk mengumumkan pada dunia mengenai hasil pengamatannya. Pada 1933, ia mengumumkan bahwa sumber dari kebisingan yang diamatinya berasal dari luar Bumi yang posisinya sangat mirip dengan pusat galaksi Bumi dan pada rasi bintang Sagitarius.
Namun, mayoritas dari astronom saat itu tidak mempercayai penemuan tersebut dan mereka menganggapnya sebagai keingintahuan Jansky saja. Tetapi tidak dengan Grote Reber, seorang insinyur elektronika yang telah meninjau penemuan Jansky serta berspekulasi bahwa sinyal yang ditemukannya berasal dari benda yang sangat panas.
Akhirnya, dengan menggunakan uang dan waktunya, Reber berhasil membuat piring parabola berdiameter 9,5 meter di halaman belakang rumahnya. Dengan tambahan receiver 'ultra-short-wave' buatan rumah pada frekuensi 160 MHz, ia menghasilkan peta kontur pertama di langit.
Setelah peta tersebut diterbitkan dengan nama Cosmik Static, para astronom akhirnya menyadari apa yang pertama kali ditemukan Jansky. Teleskop radio yang dibangun oleh Reber hanya dapat diputar sampai menghadap utara dan selatan, sehingga untuk menghasilkan gambar langit utuh ia harus menunggu rotasi Bumi untuk membawa objek agar dapat diamati.
Karena ukuran teleskop radio yang kecil dibandingkan dengan ukuran gelombang radio yang dicoba untuk dideteksi, ternyata teleskop radio milik Rober memiliki resolusi yang buruk. Namun, Reber masih berhasil menyelesaikan peta radio Bima Sakti, walaupun dengan kualitas gambar yang tidak bagus.
Ia mempublikasikan karyanya mengenai peta Bima Sakti pada 1942, namun saat itu Perang Dunia II telah dimulai dan selama beberapa tahun tidak ada orang yang sempat untuk melanjutkan pekerjaannya tersebut. Terlepas dari penundaan akibat Perang Dunia II, namun hal tersebut membuat teleskop radio semakin berkembang.
Radar, yang merupakan pendeteksi dan jangkauan radio dikembangkan untuk mendeteksi musuh pada saat itu. Radar terdiri dari pemancar untuk mengirim sinyal radio dan detektor yang berfungsi untuk menerima sinyal yang dipantulkan kembali oleh benda.
Teknik radar tersebut diterapkan pada teleskop radio yang dibangun selanjutnya untuk mempelajari benda-benda astronomi setelah perang usai.
(ahl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar