Minggu, 22 Oktober 2017

Pendapat Budaya Tentang Kisah Pangeran Antasari Difilmkan

JAKARTA, NETRALNEWS.COM -- Kisah Perang Banjar, Pangeran Antasari, "Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing" segera terwujud dalam bentuk film layar lebar.

Seniman dan budayawan terkemuka asal Banjar Yadi Muryadi, yang juga terlibat langsung dalam film ini menjelaskan pihaknya sangat bangga bisa mewujudkan film ini

"Melibatkan banyak pemain lokal yang memang sehari hari menggeluti dunia seni peran, " ungkap Yadi yang terlibat sejak riset dan penulisan cerita hingga turut serta ambil bagian sebagai salah seorang pemain, Sabtu (21/9/2017).

Sejarah mencatat, Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada tanggal 25 April 1859.

Dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran  berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak  pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

"Dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut kemerdekaan."

Dalam film  ini muncul juga tokoh tokoh, di antaranya  Tumenggung Antaludin, Tumenggung Jalil, Demang Lehman, Ratu Zaleha, Wulan Jihad (pejuang wanita Dayak Kenyah), Amin Oellah, Soero Patty, Kiai Djaya Lalana, Goseti Kassan. Sedangkan dari pihak kolonial Belanda, yakni antara lain: Augustus Johannes Andresen, George Frederik Willem Borel, Karel Cornelis Bunnik, C.E. Uhlenbeck, Gustave Verspijck, dan lain-lain.

 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search