PADANG, HALUAN-Masih ingat heboh penolakan mobil mewah oleh Mahyeldi Ansharullah? Saat itu Mahyeldi adalah Wakil Ketua DPRD Sumbar produk Pileg 2004.
Memang, tak ada yang salah dalam penganggaran mobil dinas pada Nota APBD Sumbar itu. PP 24/2004 dan sejumlah aturan, juga telah menggariskan kewajiban Pemrov menyediakan fasilitas kenderaan dan rumah dinas unsur pimpinan DPRD di Indonesia, bahkan diinternal dewan, banyak juga anggota dan Ketua yang setuju dengan mobdin mewah tersebut. Namun Mahyeldi melawan arus deras suara setuju itu. "Secara hukum, mobil dinas itu legal. Tapi tidak secara moral," tegasnya.
Terbayang oleh Mahyeldi kala menolak mobil mewah itu hanyalah amanah dari para pemilih. Untuk diketahui, Mahyeldi kala itu adalah pendulang suara terbanyak Caleg DPRD Sumbar. Perolehan suara Mahyeldi (PKS) 25.803, jauh di atas urutan kedua, Asli Chaidir (PAN) 19.448 suara.
Itu hanya salah satu penggalan dari banyak penggelan kisah perjuangan kehidupan Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo yang tertuang dalam buku "H. Mahyeldi Ansharullah, Sepenggal Kisah Perjuangan Sang Da'i".
Buku yang ditulis Ikhwan Wahyudi dan beberapa jurnalis setebal 110 halaman itu, resmi diluncurkan di Aula Lantai II Masjid Agung Nurul Iman Padang, Ahad kemarin (26/11)."Buku yang diterbitkan Al Mawardi Prima (AMP) Press ini, sudah mulai digarap sejak tahun 2008 , Namun dalam perjalanannya ada tambahan muatan untuk memperkuat isi buku ini, sehingga akhirnya bisa terbit tahun ini," ujar Ihwan, penulis yang juga seorang jurnalis itu.
Buku itu juga mengisahkan tentang perjuangan orangtua Mahyeldi dalam mendidik anak. Orangtua Mahyeldi yang sehari-hari bekerja sebagai kuli angkut bisa mendidik anaknya hingga mampu menjadi pemimpin di Kota Padang. "Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana seorang Mahyeldi memotivasi dirinya untuk selalu memberikan yang terbaik," jelas Ikhwan.
Pada peluncuran bukunya, Mahyeldi menyatakan, sebenarnya tidak ada yang istimewa pada dirinya. Dari garin masjid kemudian berdakwah. Ketika di legislatif dan eksekutif pun pada prinsipnya tetap dalam manifes dakwah.
Mahyeldi mengakui, apa yang diraihnya saat ini tak terlepas dari peran besar orangtua. Demikian pula peran besar istrinya yang dinikahi ketika masih sama-sama kuliah ditahun ketiga. Tahun-tahun yang sulit dari sisi materi, tapi kaya dengan kebahagian. Tanpa dukungan dan dorongan istri, tentu akan sulit bagi saya untuk bisa menjadi seperti sekarang," kata Mahyeldi penuh haru.
Peluncuran buku pada momen peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2017 dan penutupan Festival Literasi dan Edukasi yang digelar Pemko Padang 21-26 November itu, dihadiri Forkopimda Padang, Kepala Dinas Pendidikan Padang Barlius, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Bahkan tampak hadir Ketua Yayasan Siti Rahmah Hj Meizarnis, Ketua KNPI Padang Fadli Amran dan Afrizel Aziz selaku Ketua Ikatan Keluarga Koto Tangah (IKKT) di Jakarta bersama undangangan lainnya. (h/dn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar