Ini bukanlah sebuah nama jalan, namun gerai furniture yang menjual produk asal Indonesia. Indonesian Street membawa nama Indonesia dikenal di China.
Sejak Mei 2008, Indonesian Street sudah hadir di Shanghai, China. Sang pendiri adalah Sunni Sukardi, seorang pengusaha yang aktif berbisnis di Indonesia dan China.
Hadir dalam acara tersebut Konjen RI untuk Hong Kong Tri Tharyat bersama jajaran perwakilan dari pemerintah Macau. Untuk memeriahkan acara, adai hiburan berupai tarian khas Indonesia persembahan para Buruh Migran Indonesia di Macau sampai penampilan menarik dari penyanyi asal Indonesia yang bekerja di Macau, Erik dan Icha dari band Sweet Nightmare.
"Perayaan ini menandakan hubungan yang sangat penting antara Indonesia dan China," kata Tri Tharyat saat didaulat memberikan sambutan.
Tri berharap, kehadiran gerai ini dapat menambah kedekatan hubungan antara Indonesia dan Macau. Seiring dengan hadirnya penerbangan langsung dari Jakarta-Macau, maka dia berharap kunjungan warga Macau ke Indonesia dapat meningkat.
Indonesian Street menawarkan produk furniture berbahan kayu khas dari Indonesia. Produknya kini sudah tersebar di berbagai hotel, villa, sampai gedung pemerintahan. Tak lupa, barang-barang kerajinan khas Indonesia tersebut juga menyebar di kalangan kolektor.
Chief Operation Officer Indonesian Street, Onida Lam, menerangkan gerai Indonesian Street sempat berkembang hingga enam. Namun belakangan, pihaknya membatasi jumlah pembukaan gerai baru yang bersifat franchise. Sebab, kualitasnya tidak bisa dijaga.
Baca Juga :
"Di China, kadang bila Anda menggunakan sistem franchise, bisa jadi produk Anda dicampur dengan barang dari negara lain seperti Thailand atau Vietnam," terang Onida saat perayaan ulang tahun ke-7 Indonesian Street di Macau, Sabtu (4/11).
Akhirnya, manajemen tidak lagi membuka peluang franchise, dan hanya mengelola gerai sendiri. Saat ini, ada gerai di Shanghai yang sudah berjalan selama 9 tahun dan Macau selama 7 tahun. Selanjutnya, bakal ada gerai tambahan di Beijing.
"Kami harus mengontrol perusahaan sendiri, terutama di China. Orang suka meniru, mengambil kayu, lalu dicampur dengan kayu lain," terang Onida.
Gerai Indonesian Street di Macau mampu bertahan selama 7 tahun terakhir karena berhasil menjaga kualitas barang. Para pelanggan pun puas. "Kami punya pelanggan dari hotel, villa, gedung pemerintahan," imbuhnya.
Produk ini dibuat di beberapa pabrik perajin di Indonesia. Mulai dari Jepara, Solo, dan beberapa penyedia dari wilayah lain. Ada pun produk yang paling dicari adalah furniture dari akar pohon, meja kayu, dan produk produk kayu lainnya.
[embedded content]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar